Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko menyatakan bakal mengawal proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Sungai Kayan, Kalimantan Utara.
Terlebih perjanjian tiga proyek yakni pembangunan pembangkit listrik tenaga air yang menghasilkan listrik hingga 9.000 megawatt, pembangunan pelabuhan dan kawasan industri telah ditandatangani hari ini Kamis (15/8/2019).
Acara penandatangan dihadiri oleh perwakilan dari China Power, Direktur Utama PT Pelindo IV Farid Padang dan Direktur Operasi II PT Adhi Karya Pundjung Setya Brata. Pembangunan tiga proyek dikerjakan oleh PT Adhi Karya dan PT Pelindo IV.
Baca: Nur Asia Uno Didorong Jadi Calon Walikota Tangsel, Sandiaga: Saya Tak Mau Menghambat Kariernya
Baca: Telegram Bakal Luncurkan Mata Uang Digital Berbasis Blockchain
Baca: Prediksi Skor Bhayangkara FC vs Badak Lampung FC Liga 1 2019
Baca: Jelang Muktamar PKB, Munas Ulama Nusantara Rumuskan Piagam Bali
“Jadi tiga kegiatan besar itu sekaligus dalam satu kawasan terintegrasi,” singkat Moeldoko di Kantor Staf Presiden.
Untuk itu, kata Moeldoko, pihaknya akan mengawal jalannya proyek strategis nasional pada kawasan-kawasan tertentu yang sudah ditandatangani hari ini.
“Hari ini sebuah realisasi dari apa yang sekian lama telah diperjuangkan oleh Pak
Gubernur (Kalimantan Utara Irianto Lambrie),” imbuhnya.
Sementara itu, Gubernur Kalimantan Utara, Irianto Lambrie menjelaskan rencana pembangunan PLTA Sungai Kayan ini dibangun di atas lahan 12.000 hektar untuk menghasilkan listrik hingga 9.000 megawat.
Pembangunan ini diinisiasi oleh PT Kahayan Hydro Energy yang digagas sejak 2009. Lanjut pada 31 Oktober 2018, ditandatangani kontrak kerja sama di KSP antara PT Kahayan Hydro Energy dengan China Power.
"Hari ini dilanjutkan penandatangan pelaksanaan proyek,” kata Irianto.
Menurut dia, PLTA di Sungai Kayan akan dibangun sebanyak lima bendungan. Bendungan pertama menghasilkan 900 megawat, bendungan kedua 1.200 megawat, bendungan ketiga dan keempat itu 1.800 megawat lalu bendungan kelima 3.200 megawat. Sehingga jumlah keseluruhan itu 9.000 megawat.
"Ini akan menjadi yang terbesar di Indonesia, bahkan Asean. Karena kita tahu PLTA terbesar itu Sungai Asahan yang menghasilkan 600 megawat,” imbuhnya.
Irianto menambahkan pembangunan mega proyek ini sudah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2018, sehingga secara periodik tentu akan dilaporkan kepada Presiden RI perkembangannya.
“Hubungan dengan KSP yang dipimpin Pak Moeldoko adalah tugas beliau untuk mengawasi, mengevaluasi dan mencegah adanya hambatan-hambatan," tegasnya.