Simak Kisah Paskibraka HUT Kemerdekaan RI, dari Anak Penjual Kopi hingga Anggota Paskibraka yang Hilang
TRIBUNNEWS.COM - Hari Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia (RI) jatuh pada Sabtu (17/8/2019) hari ini.
Mengenai HUT Kemerdekaan RI, maka tak akan luput dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.
Banyak kisah haru dari perjuangan para pasukan yang akan mengibarkan Bendera Merah Putih tersebut.
Mulai dari anak penjual kopi yang hidup sangat sederhana yang menjadi anggota Paskibraka Jakarta Utara, hingga calon anggota Paskibraka asal Bogor yang hilang sejak bulan Juli 2019 lalu.
Seperti apa kisah Paskibraka HUT Kemerdekaan RI tahun ini?
Baca: Kisah Anak Yatim dari Riau yang Jadi Paskibraka Nasional, Pinjam Sepatu Robek Saat Seleksi
Baca: Septian, Anak Penjual Kopi Jadi Paskibraka 17 Agustus: Biasa Makan Makanan Sisa
Baca: Asri Maulana Mengaku Enjoy jadi Bagian Paskibraka Besok
Berikut ini Tribunnews rangkum kisah Paskibraka HUT Kemerdekaan RI dari berbagai sumber
1. Seorang anak yatim yang pinjam sepatu yang robek saat seleksi
Kisah yang pertama datang dari Provinsi Riau.
Muhamat Asraf, seorang anak yatim yang meminjam sepatu tetangganya untuk mengikuti seleksi Paskibraka nasional.
Bukan sepatu yang layak dipakai, namun sepatu yang robek yang ia kenakan saat seleksi Paskibraka.
Sang ibu, Atik, merupakan buruh serabutan di kebun sawit dan karet.
Terkadang, Atik mendapatkan gaji Rp 75 ribu.
Meskipun tidak mempunyai biaya untuk sekadar memberi uang saku Asraf saat berlatih atau seleksi Paskibraka, namun Atik selalu memberikan semangat kepada anaknya.
Kini, Asraf berhasil menjadi Paskibraka nasional.
2. Anak penjual kopi yang terpilih jadi Paskibraka di Jakarta Utara
Ridwana Septian Nurardian (16) berhasil menjadi Paskibraka di Jakarta Utara.
Pencapaian yang diraihnya membuat kedua orangtuanya sangat bangga hingga tak kuasa menahan hari.
bersama dengan 50 Paskibraka lainnya, Septian mampu melewati proses seleksi Paskibraka.
Septian lahir bukan dari keluarga yang berkecukupan.
Kedua orangtuanya merupakan penjual kopi seduh di Kampung Semper, Cilincing, Jakarta Utara.
Dalam kesederhanaan, orangtua Septian pun terpaksa harus membagi makanan yang dimiliki kepada tiga anaknya.
Meski hidup dalam kesederhanaan, Septian kini menjadi Paskibraka Jakarta Utara angkatan 2019.
Baca: Septian, Anak Penjual Kopi Jadi Paskibraka 17 Agustus: Biasa Makan Makanan Sisa
3. Anggota Paskibraka asal Bogor hilang sejak Juli 2019
Audri Viranti Islanda (16) yang merupakan calon Paskibraka tingkat kecamatan tiba-tiba menghilang sejan 29 Juli 2019 lalu.
Dikutip dari Kompas.com, Audri meminta izin kepada ibunya untuk belajar kelompok dengan teman sebangkunya di wilayah Kecamatan Klapanunggal, Bogor, Jawa Barat.
Paman Audri, Ahmad Farhan menceritakan bahwa setelah Audri pamit, ia beranjak pergi mengunakan sepeda motor ke depan komplek perumahan Coco Garden Cluster Modesta ditemani oleh ibunya.
Ia hendak menunggu angkutan umum yang biasa dinaikinya.
Karena angkutan umum yang ditunggu tak kunjung tiba, Audri lantas meminta ibunya untuk segera pulang ke rumah karena cuaca yang panas.
Namun, hingga kini, Audri tak kunjung pulang.
Baca: Ingat Gloria Hamel, Dulu Viral Dipecat dari Paskibraka 17 Agustus, Kehidupannya Kini Berubah Drastis
4. Anak supir truk yang terpilih jadi Paskibraka nasional
Selanjutnya kisah datang dari Mamasa, Sulawesi Utara.
Seorang anak dari supir truk berhasil menjadi salah satu Paskibraka Nasional.
Wisko Pralistra merupakan anak pertama dari pasangan Widyawati (34) dan Juniawan (38).
Ia lahir di Mamasa, Sulawesi barat, 3 September 2003.
Ibunya bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Sosial Pemkab Mamasa.
Sedangkan sang ayah berprofesi sebagai supir truk.
Wisko bersama keluarganya tinggal di rumah kayu berukuran 4x6 meter di Desa Osango, Mamasa.
Ia bersama keluarganya hidup sangat sederhana.
Baca: Septian, Anak Penjual Kopi Jadi Paskibraka 17 Agustus: Biasa Makan Makanan Sisa
5. Anak penjual bakso di Yogyakarta yang jadi anggota Paskibraka
Muhammad Ma'ruf (17) asal Bantul, Yogyakarta terpilih menjadi anggota Paskibraka Nasional.
Ma'ruf lahir dari keluarga yang sederhana.
Sang ibu berprofesi sebagai pedagang bakso, dan sang ayah bekerja sebagai driver di sebuah hotel.
Sejak SMP, Ma'ruf sering mengikuti kegiatan kepramukaan karena bercita-cita menjadi Angkatan Laut.
Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Ma'ruf melanjutkan ke SMK Negeri 1 Kecamatan Sanden dengan mengambil jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI).
Di sela sekolah dan kegiatan lainnya Ma'ruf seringkali membantu dirinya berjualan bakso diakhir pekan.
Baca: Kisah Anak Yatim dari Riau yang Jadi Paskibraka Nasional, Pinjam Sepatu Robek Saat Seleksi
(Tribunnews.com/ Renald)