Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya telah memutuskan pemindahan ibu kota baru di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui konferensi pers yang dilakukan pada Senin (26/8/2019) kemarin, telah memutuskan di mana letak ibu kota baru.
Dari penuturan Presiden Jokowi, ibu kota baru akan dipindahkan di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
"Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur," kata Jokowi, dikutip dari Youtube Kompas TV.
Baca: 5 Alasan DIpilihnya Kalimantan Timur Sebagai Lokasi Ibu Kota, Salah Satunya Infrastruktur Memadahi
Baca: Profil Lengkap Penajam Paser Utara & Kutai Kartanegara / Kukar, Ibu Kota Baru RI, Ini Potensinya
Selain itu, Presiden Jokowi juga telah menjelaskan sederet alasan terkait pemilihan lokasi ibu kota baru.
Diantaranya adalah minimnya bencana di wilayah Pulau Kalimantan, terutama di Kalimantan Timur.
"Kalimantan Timur memiliki resiko banjir, tsunami, gempa bumi, tanah longsor, gunung verapi serta kebakaran hutan yang kecil." ujar Jokowi.
Benarkah Pulau Kalimantan, terutama Provinsi Kalimantan Timur memiliki potensi minimnya bencana?
Dikutip dari laman resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bmkg.go.id menyebutkan, Pulau Kalimantan adalah satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan relatif paling rendah.
Baca: Pemindahan Ibu Kota RI Butuh Rp 466 T, Dari Mana Dananya?
Baca: Profil Penajam Paser Utara, Lokasi Ibu Kota Baru, Harus Naik Kapal Feri 2-3 Jam dari Balikpapan
"Meskipun di Pulau Kalimantan terdapat struktur sesar dan memiliki catatan aktivitas gempa bumi, tetapi secara umum wilayah Pulau Kalimantan masih relatif lebih aman jika dibanding daerah lain di Indonesia, seperti Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua yang memiliki catatan sejarah gempa merusak dan menimbulkan korban jiwa sangat besar," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Sabtu (24/8/2019).
Dwikorita memaparkan, kondisi seismisitas Pulau Kalimantan yang relatif rendah ini berdasarkan sejumlah fakta.
Fakta tersebut diantaranya pertama, wilayah Pulau Kalimamtan memiliki jumlah struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit daripada pulau-pulau lain di Indonesia.
Lalu kedua, wilayah Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust), sehingga suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat dengan akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng.
Baca: Sandiaga Uno: Apakah Pemindahan Ibu Kota Sebanding dengan Biaya yang Dikeluarkan?
Baca: Potret Lengkap Ibu Kota Baru RI: Mulai Batas Wilayah, Topografi, hingga Destinasi Wisata
Kemudian ketiga, beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya sudah berumur tersier sehingga segmentasinya banyak yang sudah tidak aktif lagi dalam memicu gempa.
Sementara itu, wilayah Kalimantan Timur juga memiliki rawan banjir.
Hal itu terungkap dalam berita di Kompas.com pada tanggal 22 Agustus 2019.
Saat itu, Plh Kapusdatin BNPB Agus Wibowo menjelaskan, risiko rawan banjir tersebut berada di Kabupaten Kutai Kartanegara yang menjadi salah satu area ibu kota baru dan Kota Samarinda.
Baca: 10 Negara yang Pernah Pindahkan Ibu Kota: AS, Inggris, hingga Australia
Baca: Ibu Kota RI Pindah ke Penajam dan Kutai Kalimantan Timur, Pedagang: Curhat Bau Sampah hingga Selokan
Lalu, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Penanggulangan Bencana (BNPB), risiko rawan banjir di wilayah ini terdapat pada wilayah yang dekat dengan hulu daerah aliran sungai (DAS).
Selain itu, Kalimantan Timur juga memiliki potensi bencana kebakaran dan penggundulan hutan.
Lahan hijau di wilayah Kalimantan Timur berkurang cukup signifikan.
Dikutip dari Kompas.com, penggundulan hutan ini menyebabkan banyaknya banjir yang terjadi di wilayah Kalimantan Timur.
Baca: Bandingkan Jakarta dan Ibu Kota Baru di Kaltim, Mana yang Lebih Luas?
Baca: Prabowo Ternyata Setuju Ibu Kota RI Dipindah tapi Beri Sejumlah Catatan Penting
Potensi bencana lainnya adalah hutan di provinsi ini pun juga berkurang akibat pembakaran, sehingga menyebabkan asap.
BMKG juga mencatat pada tahun 2018, wilayah Kalimantan Timur menjadi salah satu yang rawan bencana kebakaran hutan dan lahan.
Luas Jakarta atau Kalimantan Timur?
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro mengatakan, kawasan induk ibu kota baru akan memakan wilayah hingga 40.000 hektar.
Nantinya, luas wilayah ini akan dikembangkan menjadi 180.000 hektar dari tanah yang dimiliki pemerintah di sana.
Baca: Politisi PKS Sebut Prosedur Jokowi Umumkan Pemindahan Ibu Kota Negara Keliru
Baca: Ibu Kota Pindah Jadi Trending Topic di Media Sosial: Ada Meme Monas Terbang ke Kaltim
Sedangkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta, luas wilayah DKI mencapai 662,33 kilometer persegi.
Adapun 1 kilometer persegi lahan setara dengan 100 hektar, yang artinya adalah luas total wilayah ibu kota saat ini 66.233 hektar.
Jika berbicara perbandingan luas, wilayah induk ibu kota baru sekitar dua pertiga luas DKI Jakarta.
Sedangkan luas ibu kota baru secara keseluruhan akan setara hampir dengan 3 kali luas DKI Jakarta.
(Tribunnews.com/Whiesa)(Kompas.com/Rosiana Haryanti)