TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Untuk membahas susunan Kabinet Reformasi, Habibie berangkat ke rumah pribadi Soeharto di Jl Cendana, Jakarta, 20 Mei 1998. Sampai di rumah pribadi Soeharto sekira pukul 19.30 WIB, namun saat itu sang presiden sedang menerima mantan Wakil Presiden Sudharmono.
Saat menunggu, Habibie ditemani Siti Hediyati, putri Soeharto yang kala itu masih berstatus istri Letjen TNI Prabowo Subianto, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Dalam pertemuan, Soeharto membuka sehelai kertas besar yang berisi nama-nama anggota Kabinet Reformasi.
Baca: FOTO-FOTO Jokowi Melayat BJ Habibie Didampingi Iriana, Turut Salatkan Jenazah Almarhum
"Pak Harto menyatakan agar saya bersama beliau mengecek ulang nama-nama tersebut. Kesempatan itu saya manfaatkan untuk mengusulkan beberapa perubahan," kata BJ Habibie dalam buku Detik-detik yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, terbitan THC Mandiri, September 2006.
Karena ada perbedaan pandangan menyangkut beberapa nama, terjadilah perdebatan
yang cukup hangat.
Baca: Kisah Habibie di Penghujung Kekuasaan Soeharto: Terima Telepon Mengejutkan dari Menko Ginandjar
"Karena tidak ada titik temu, saya persilakan Pak Harto memutuskan apa yang terbaik, karena penyusunan anggota kabinet adalah hak prerogatif presiden," ujar Habibie.
Menurut rencana, esok harinya, Kamis, 21 Mei 1998, di Istana Merdeka, Presiden didampingi oleh Wakil Presiden akan mengumumkan susunan Kabinet Reformasi. Selanjutnya, pada hari Jumat, 22 Mei, para anggota Kabinet Reformasi akan dilantik Soeharto didampingi Habibie.
Dalam kesempatan itu Soeharto menyampaikan agenda mengundang pimpinan DPR/MPR ke Istana Merdeka pada Sabtu, 23 Mei 1998. "Ia bermaksud menyampaikan kepada pimpinan DPR/MPR untuk mengundurkan diri sebagai presiden setelah Kabinet Reformasi dilantik," kenang Habibie.
Baca: Tangis SBY di Depan Jenazah BJ Habibie: Setelah Ibu Ani Berpulang Hubungan Kami Semakin Dekat
Saat itu Soeharto sama sekali tidak menyampaikan alasan mengapa mundur, padahal baru saja disusun Kabinet Reformasi. Habibie menduga dirinya ikut diminta mundur.
"Pertanyaan ini muncul karena pernyataan Pak Harto sehari sebelumnya di hadapan sejumlah tokoh masyarakat seolah meragukan kemampuan saya. Sejumlah pertanyaan berkecamuk di benak saya," katanya.
Akhirnya Habibie memberanikan diri bertanya. "Pak Harto, kedudukan saya sebagai Wakil Presiden bagaimana?" Soeharto spontan menjawab, "Terserah nanti. Bisa hari Sabtu, hari Senin, atau sebulan kemudian, Habibie akan melanjutkan tugas sebagai Presiden."
Untuk mengakhiri suasana pembicaraan yang tidak mengenakkan, Habibie mengalihkan pembicaraan terkait Ginandjar cs.
Baca: Asal Usul Nama Habibie yang Tak Banyak yang Diketahui Publik
"Apakah Pak Harto sudah menerima surat pernyataan dari Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita dan empat belas menteri di bawah koordinasi Menko Ekuin?"
Soeharto mengaku sudah dengar dari Tutut, tetapi belum membaca suratnya. "Kemudian Pak Harto mengulurkan tangannya, sebagai isyarat ia menghendaki diakhirinya pertemuan tersebut," tambah Habibie.
Mereka saling berpelukan sebelum berpisah. "Laksanakan tugasmu dan waktu tidak banyak lagi," kata Soeharto.
Habibie meninggalkan Jl Cendana, dengan perasaan yang tidak menentu dan pikiran yang dipenuhi tanda tanya.
Di dalam mobil, dalam perjalanan ke rumah pribadinya di Kuningan, Habibie menugaskan ajudan Kolonel (AL) Djuhana menghubungi empat Menko dan semua menteri di bawah koordinasi Menko Ekuin.
Mereka diminta hadir pada sidang ad hoc kabinet terbatas di rumah Habibie mulai pukul 22.00.
Baca: Mahfud MD : Andai Dibolehkan Saya Akan Protes karena Habibie Wafat
Dalam pertemuan malam itu Habibie menceritakan hasil pembicaraan dengan Soeharto beberapa jam sebelumnya, kepada menko dan 14 menteri.
"Oleh karena beberapa Menteri dari Kabinet Pembangunan VII masih dibutuhkan untuk duduk dalam Kabinet Reformasi, maka atas nama Pak Harto, saya mohon, para menteri yang telah menandatangani pernyataan bersama tersebut dapat mempertimbangkan untuk menarik kembali pernyataan mereka dan ikut memperkuat Kabinet Reformasi," kata Habibie.