News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Eksklusif Tribunnews

Saya Temani BJ Habibie karena Ingin Belajar

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Deodatus Pradipto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan pengawal Presiden Ketiga RI BJ Habibie, Albiner Sitompul (batik, berkopiah putih), berfoto bersama kru Tribunnews.com di kantor redaksi Tribunnews.com, Jakarta, Kamis (13/9/2019).

Saya tidak butuh foto-foto. Tidak ada satupun foto saya dengan beliau. Foto saya dengan beliau itu hanya ada setelah saya sudah menjadi kepala biro pers, media dan informasi sekretariat presiden (Setpres) di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Saat itu 2016, ada kabar hoaks beredar yang menyebut bapak meninggal dunia. Saat itu saya datang ke rumah bapak. Dan saya minta foto bersama dengan bapak. Dan hanya itu foto saya bersama bapak.

Tapi, jauh dari itu, dua per tiga dunia sudah ia ajarkan kepada saya. Dia bukan ayah kromosomku. Tapi dia bapakku, yang telah memberikan ilmu. Dan tidak mungkin saya mendapatkan ilmu itu. Banyak sekali ilmu, pelajaran yang ia berikan kepada saya. Mungkin buku yang berbicara. Dia mengajarkan semua mengenai kehidupan.

Memofoto saja dia ajarkan ke saya. Kenapa Bapak ajarkan saya memfoto? itu tanya saja dulu. Bapak bilang ke saya, "Suatu saat kau perlu. Foto kumbang itu begini Tompul. Begini." Eh alhamdullilah saya ternyata pernah jadi kepala penerangan AD.

Dia juga mengajari saya bagaimana menghormati orangtua, bagaimana menghormati besan. Dia itu sangat menghormati kakak-kakak iparnya. Satu yang tidak bisa saya lupakan itu, saat harus berpisah. Saat itu pangkat saya masih mayor, saya harus laksanakan perintah ikut Sesko.

Kapan itu terjadi Pak?

Itu saat saya mau berpisah dengan Bapak. Saat itu saya mendapat perintah untuk sekolah di Sesko. Saya harus berpisah. Yang saya nggak tahan itu dari mbak Widya Leksmanawati (istri dari putra sulung Habibie, Thareq Kemal Habibie -red), "Nggak sayang dengan Bapak?"

Terus waktu itu kita di Paris, Prancis. Waktu itu ada pameran mobil. Bapak juga pernah tanya ke saya, Tompul, "Nggak sayang sama bapak?" "Saya, sayang, Pak. Tapi saya harus laksanakan perintah tugas, Pak."

Saat itu bapak bilang, kau itu bukan kromosomku. Tapi kau anakku.' (Tangan kanannya menepuk punggung tangan kirinya, suaranya terbata-bata, matanya tampak basah).

Sejak itu saya enggak mau dekat. Ketika itu saya harus menjaga diri, jangan terlalu dekat, aku takut. Sampai ketika saya menjaga Pak Jokowi sebagai kepala biro, saya harus menjaga jangan sampai Pak Jokowi tahu kalau saya dekat dengan Pak Habibie. Enggak bisa lupa, selalu itu yang terkenang. Itu, menurut saya, sesuatu yang sangat mengena dan membuat saya sangat tersentuh dan terkenang hingga sekarang. (Albiner meneteskan air mata ketika mengenang ucapan Habibie itu). Itu selalu saya kenang, tidak bisa saya lupa itu.

Rangkaian prosesi pemakaman BJ Habibie digelar Kamis (12/9/2019) siang ini pukul 14.00 WIB, orang pertama yang turunkan jenazah hingga dimakamkan di samping Ainun. (KOMPAS.com/TOTOK WIJAYANTO)

Apa yang buat Pak Habibie begitu nyaman dan percaya sama Pak Tompul?

Saya juga nggak tahu. Mungkin karena saya pakai hati menjalankan tugas mengawal bapak dan ibu. Tapi mungkin itu sejak waktu itu Ibu sakit dan dirawat di rumah sakit Elizabeth, di Singapura. Dan saya harus jaga. Ya mungkin dari situ. Ya, mungkin seperti tadi, itu karena dari hati. Saya pernah ditanya bapak. "Tompul, mengapa kamu mau mengawal Bapak? Kenapa mau temani Bapak? Apakah karena Bapak orang kaya? Apakah karena Bapak mantan Presiden?" "Nggak, Pak. Bapak itu profesor, jadi saya mau belajar banyak dari Bapak." Itu jawaban saya waktu itu.

Berikutnya bapak juga baru tahu bahwa saya juga pernah kuliah teknik mesin. Jadi ada kemiripan juga terkait teknik. Waktu masih ada, Ibu itu sering mengaji dan mengaji. Waktu terakhir bertemu, Bapak bilang, "Saya sekarang rajin mengaji, Tompul." 

Pelajaran hidup apa sih yang Pak Habibie berikan kepada Pak Tompul, yang masih terkenang?

Jangan kamu memaksakan kehendakmu di dalam perbedaan, tapi kau kerjakan pekerjaan itu dengan cepat, tepat dan tuntas. Karena waktu berjalan terus. Dan jangan sok jadi pahlawan.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini