TRIBUNNEWS.COM - Berdasar catatan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Harrison, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan ( karhutla) telah mengakibatkan sedikitnya 6.025 warga menderita infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA).
Harrison menjelaskan, penderita ISPA di Kalbar menyasar hampir di semua rentang usia, yang meliputi bayi di bawah 5 tahun, anak-anak, dewasa dan orang lanjut usia.
Sejumlah bayi pun terpaksa diungsikan oleh orangtuanya karena menderita batuk, flu, sesak napas dan muntah akibat kabut asap.
Selain di Pulau Kalimantan, kabut asap juga melanda wilayah Sumatera, antara lain di Palembang dan Pekanbaru.
Baca fakta lengkapnya terkait nasib para bayi korban bencana kabut asap:
1. Bayi-bayi terserang penyakit karena kabut asap
Berdasarkan pantauan Kompas.com di posko pengungsian di Kantor DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Provinsi Riau di Jalan Soekarno Hatta, Pekanbaru, Senin (16/9/2019) malam, beberapa bayi masih mengalami sakit.
"Bayi saya usia 23 hari alami batuk, sesak napas, flu dan hidung tersumbat," kata salah satu orangtua bayi, Dania (27) kepada Kompas.com. Warga Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, ini sejak, Jumat (13/9/2019) masuk ke posko pengungsian.
"Kami sekeluarga mengungsi, karena semuanya sakit karena dampak asap. Anak-anak, suami dan ibu saya di sini ngungsi," akui Dania.
Dia mengatakan, tiga hari yang lalu kondisi kesehatan bayinya sempat memburuk, yang membuat dirinya cemas.
"Kemarin itu sesak napas, lalu dirujuk ke rumah sakit. Tapi masih rawat jalan, jadi kembali lagi ke posko. Karena di sini lebih nyaman dan udara segar. Dan, kondisi bayi saya juga udah sedikit membaik," kata Dania.
2. Kabut asap semakin parah, warga mulai mengungsi
Kondisi kabut asap yang semakin parah, membuat sejumlah warga di Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, ini mengaku mengungsi sejak, Sabtu (14/9/2019).
"Saya bawa bayi mengungsi, karena sakit akibat kena dampak asap. Di sini kami mengungsi satu keluarga," kata Nora.