Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda sejumlah provinsi di tanah air seharusnya memberikan pembelajaran bagi semua pihak, termasuk pemerintah, swasta dan masyarakat.
Karhutla disebut menjadi 'bencana buatan' yang terjadi rutin tahunan oleh segelintir oknum yang ingin mengambil jalan pintas untuk membuka lahan baru untuk perkebunan dan pertanian.
Selain penanganan terhadap hutan dan lahan yang diduga 'sengaja dibakar', tindakan pencegahan karhutla sebenarnya bisa dilakukan.
Tribunnews menghubungi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza untuk menanyakan terkait seberapa besar potensi dari pengoperasian Teknologi Modifikas Cuaca (TMC) yang bisa dimanfaatkan untuk pembasahan lahan secara berkala demi mencegah kebakaran dan kekeringan.
Hammam mengatakan, kesadaran masyarakat berperan besar dalam upaya pencegahan karhutla.
Baca: Jenderal Negosiator Perdamaian Ini Disebut-sebut Calon Menhan di Kabinet Jokowi II
Para petani diharapkan menyadari perubahan fenomena cuaca pada bulan Maret dengan munculnya El Nino yang dikenal sebagai fenomena curah hujan berkurang dan mengakibatkan kekeringan.
"Terkait pencegahan itu juga ya paling bagus kalau misalnya kita tahu bulan Maret itu adalah terjadinya El Nino," ujar Hammam Riza, Jumat (20/9/2019) malam.
Baca: Punya Rumah Dikepung Kompleks Apartemen, Lies Harus Bayar Karcis Masuk ke Pengelola
Menurutnya, fenomena El Nino kali ini berlangsung cukup lama sehingga memiliki resiko lebih besar terhadap terjadinya karhutla.
Kekeringan yang lebih parah diprediksi terjadi pada fenomena El Nino 2020 mendatang.
"Mulai terjadi cuaca ekstrem, kekeringan, ini kan sekarang El Nino 2019 waktunya mulai lebih awal berakhirnya lebih lama. Malah nanti 2020 juga bisa jadi lebih parah lagi El Nino-nya itu," kata Hammam.
Dia menilai antisipasi harus dilakukan sejak beberapa bulan sebelum fenomena tersebut terjadi.
Baca: Lima Fakta Tentang Negeri di Atas Awan Gunung Luhur yang Viral di Media Sosial
Antisipasi pencegahan, kata Hammam, bisa dilakukan melalui operasi TMC yang memanfaatkan potensi awan sebagai objek penyemaian garam (NaCl) untuk menghasilkan hujan buatan.
Baca: Anugerah Luar Biasa! Baru Menikah dan Hamil Pertama, Yuningsih Lahirkan Bayi Kembar Empat
"Nah sebelum masa kekeringan itu sudahlah kita antisipasi, kita sirami lah lahan-lahan gambut itu supaya muka airnya itu bisa dipantau," jelas Hammam.
Operasi yang dilakukan BPPT melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) diharapkan bisa mencegah terjadinya karhutla.
Perlu diketahui, hutan dan lahan gambut akan mudah terbakar jika terjadi kekeringan.
"Bisa disiapkan supaya lahannya itu tidak kering, karena kalau dia kering mudah sekali terbakar," tegas Hammam.
Hammam menekankan dukungannya terhadap pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rapat Terbatas (Ratas) terkait karhutla yang digelar di Pekanbaru, Riau pada Senin (16/9/2019) lalu, bahwa pencegahan lebih baik dibandingkan penanganan.
Dia berharap ke depan ada program nasional yang memiliki fokus pada tindakan pencegahan ini sehingga peristiwa karhutla yang dianggap sebagai 'bencana langganan' ini bisa diminimalisir.
"Harus dibuat sebuah program nasional yang memiliki independensi terhadap kejadian kebakaran ini," kata dia.
Mantan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT tersebut menegaskan, dengan adanya program nasional semacam itu maka pemantauan dan pencegahan terjadinya kekeringan bisa dilakukan secara berkala setiap bulannya.
"Jadi walaupun tidak terbakar, kita udah me-maintain itu dari sejak Januari, Februari, Maret itu kita lakukan TMC di seluruh Indonesia," tuturnya.
Jika pemerintah memiliki program nasional yang fokus pada tindakan pencegahan kekeringan hutan dan lahan gambut, maka tindakan antisipasi bisa dilakukan melalui penyemaian garam pada potensi awan yang muncul di bulan-bulan sebelum memasuki musim kemarau.
"Di mana kita bisa memprediksi 'Oh ini akan terjadi kekeringan mulai bulan ini, oh sebelum ini terjadi kekeringan ya kita sirami deh, kita buat selagi awan-awan itu masih ada ya kita sirami'," pungkas Hammam.
Terkait bencana karhutla yang masih berlangsung saat ini, BPPT bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus mengoptimalkan operasi TMC.
Operasi ini tidak hanya mencakup Provinsi Riau saja, namun juga beberapa wilayah terdampak karhutla lainnya di Tanah Air, seperti sejumlah provinsi di Kalimantan.
Perlu diketahui, operasi TMC dapat dilakukan jika masih adanya awan, awan tersebut merupakan objek untuk penyemaian garam demi memunculkan hujan buatan.
Sebelumnya, karhutla yang terjadi di Riau saat ini sudah sampai pada kategori darurat lantaran dampak kabut asap telah memasuki pemukiman warga sehingga menyebabkan gangguan pernafasan.