TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai bagian dari bangsa Indonesia Laskar Juang Rakyat Indonesia senantiasa peduli dengan suara rakyat. Hal itu diungkapkan Ketua Umumnya Fauzi Fintellyansyah: "Saya bangga sekaligus prihatin atas aksi mahasiswa untuk menyuarakan agenda rakyat. Suara mahasiswa biasanya lebih dekat dengan idealisme dan nurani publik. Bangga masih ada yang menjadi bagian dari kontrol demokrasi, namun juga prihatin dan menyayangkan kalau sampai aksinya anarkis".
Masyarakat tentu ikut bangga karena di tengah kesibukannya menuntut ilmu mahasiswa tetap punya rasa empati tinggi terhadap kondisi bangsanya.
Biar bagaimanapun demontrasi bukan instrumen terbaik demokrasi dan tentu ini memunculkan keprihatinan tersendiri karena mahasiswa harus sampai turun ke jalan untuk didengar suaranya. Hal tersebut menurut Fauzi menunjukkan bahwa penyaluran aspirasi masyarakat sudah tidak berfungsi dengan baik.
Kondisi akan lebih parah jika tanpa pembenahan perilaku wakil rakyat yang seharusnya menyambung aspirasi rakyat, justru sibuk dengan hak kebebasannya yang dipakai untuk mewakili diri dan kepentingan sendiri.
Ketua Umum Lajuri memberikan saran terkait perlu adanya perbaikan dalam penyampaian aspirasi, sehingga tidak perlu selalu turun ke jalan supaya diperhatikan. Mekanisme demokratik prosedural misalnya dengan audiensi dari mahasiswa dan kelompok kepentingan kepada wakil rakyat perlu dibuka lebar. Begitupun aktif melakukan publik hearing lebih banyak dalam menjalankan fungsi legislatifnya.
"DPR tidak boleh menutup pintu pagar untuk rakyat dan penting sekali aktif menyapa dan mendengar aspirasi rakyat" pungkasnya.
Harapan besar untuk anggota dewan baik di DPR RI maupun DPRD masa bhakti 2019-2024, saatnya kembali ke jati dirinya yaitu wakil rakyat.
Bagi adik-adik mahasiswa jangan pernah berhenti perduli terhadap kondisi bangsa, tetaplah menjadi perekat Kesatuan dan Persatuan demi tercapainya cita-cita kejayaan NKRI.