Sama juga seperti rumah dinas. Saya tidak pernah pindah. Rumah dinas hanya tempat menjamu, ketemu teman dan orang-orang.
Memang ada anggaran menjamu, saya saat jamu teman sering bercanda 'makan' APBN. Saya melucu, bertamu ada anggarannya.
Tribun: Apakah keluarga Anda ikut bantu berkemas?
Fahri: Istri dan anak-anak ke ruangan saya hanya sekali. Istri tidak mau pakai mobil dinas.
Kalau ada anak, dia tidak mau pakai. Pernah jika keadaan memaksa tapi secara prinsip tidak mau.
Anak-anak itu harus tumbuh dengan dirinya sendiri supaya mandiri. Jangan merasa bergantung sama orang lain.
Tribun: Ini hari-hari terakhir Anda berkantor di Senayan setelah sekitar 15 tahun menjadi anggota DPR. Apakah Anda sedih meninggalkan Senayan?
Fahri: Di ruang publik saya tak mau terlalu berperasaan.
Sebab, yang kita tegakkan di ruang publik adalah pikiran dan rasionalitas yang menurut publik dapat kita nalar.
Teman-teman banyak yang sedih merasa kehilangan, tapi itu manusiawi.
Manusia ketika persoalan pribadi tergoncang pasti ada problem, orang yang kerja dengan saya 10 tahun pasti ada kesedihan, biasalah, seperti kita di pemakaman pasti ada yang menangis.
Tribun: Siapa teman-teman di Parlemen yang menyatakan sedih dengan kepergian Anda?
Fahri: Saya berteman dengan semua orang, berprinsip jadilah memberi, jangan meminta.
Dalilnya tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Kalau berteman jadi yang dibutuhkan, bukan yang membutuhkan.
Baca: Geger Isu Hubungan Intim, Bebby Fey Sebut Tak Pansos, Atta Halilintar Akui Rugi Miliaran Rupiah