News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusuh di Papua

Cerita Rahmatia Bisa Selamat dari Amukan Massa Saat Rusuh Wamena, Rumahnya Dibakar

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana kerusuhan di Wamena Papua beberapa waktu lalu.

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy

TRIBUNNEWS.COM, SENTANI - Rahmatia terlihat sedang mendampingi putrinya yang sedang terlelap tidur di Posko Pengungsian Yonif 751/Raider, Distrik Sentani, Jayapura, Papua, Selasa (1/10/2019).

Ia tidak kuasa menahan tangis ketika mengingat kembali detik-detik diri dan putrinya selamat dari amukan massa di Wamena pada 23 September 2019 lalu.

Rahmatia menceritakan sebelum peristiwa terjadi, dirinya sudah mendengar isu bila di wilayah tempatnya tinggal akan terjadi kerusuhan.

 

Baca: Presiden Kirim Bantuan ke Ambon dan Wamena

Baca: Tiga Pesawat Hercules Disiapkan Bantu Evakuasi Perantau Minang ke Luar Wamena

Namun, saat itu Rahmatia mengaku tidak begitu percaya dengan kabar yang beredar tersebut.

"Kemarinnya ada isu-isu tanggal 23 mau kacau. Antara percaya dan tidak kan biasa. Biasanya bilang kacau, tapi tak terjadi. Kalau ada aksi sedikit, (biasanya) langsung bisa dibubarkan," kata Rahmatia saat ditemui TribunnewsBogor.com di lokasi, Selasa (1/10/2019).

Rahmatia sedang mendampingi putrinya yang sedang terlelap tidur di Posko Pengungsian Yonif 751/Raider, Distrik Sentani, Jayapura, Papua, Selasa (1/10/2019).

Pada 23 September 2019 sekitar pukul 08.00 WIT, Rahmatia mengaku dihubungi pihak sekolah untuk segera menjemput anaknya.

Padahal anaknya belum lama berangkat ke sekolahnya.

Setelah pulang kembali ke rumah, barulah aksi massa yang masif tersebut disadari Rahmatia.

Batu dan panah tiba-tiba berseliweran di area dekat rumahnya yang berlokasi di dekat Simpang Bike, Wamena.

"Pas pulang sekolah, di rumah kita tutup pintu, batu dan panah sudah berjatuhan, kita bisa lari karena belum membakar," kata Rahmatia.

Baca: Krisdayanti: Saya Sudah Belajar UU MD3 Selama Setahun

Baca: Alasan Ditundanya Kenaikan Tarif Tol Jakarta-Tangerang

Setelah terdengar teriakan massa 'bakar semuanya' sambil mengamuk, Rahmatia dan anakmya berlari ke belakang rumah kemudian bersembunyi di kandang babi.

Rahmatia mengaku dirinya bersembunyi hampir 6 jam sampai akhirnya aparat menyelamatkannya dan mengevakuasinya ke Kantor Polisi.

"Tidak lama kemudian ada yang teriak 'bakar semua,' kita lari ke belakang dengan terdesak sembunyi dalam kandang babi. Itu dari jam 10.00 sampai jam 16.00 baru ada petugas yang bantu evakuasi. Kita dibawa ke Polres," katanya.

Rahmatia mengaku rumah tempatnya tinggal saat itu sudah dalam kondisi hangus terbakar termasuk barang-barang di dalamnya.

Diberitakan sebelumnya, Polda Papua sampai Selasa (1/10/2019) telah mengamankan sedikitnya 7 tersangka yang terlibat dalam kerusuhan dalam unjuk rasa di Wamena, Papua.

Baca: Puan Maharani: DPR Tidak Antikritik

"Di Wamena kemarin sampai hari ini tujuh tersangka yang sudah diamankan," kata Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw saat ditemui TribunnewsBogor.com di Distrik Sentani, Jayapura, Selasa (1/10/2019).

Sampai saat ini Paulus mengaku bahwa pihaknya belum bisa memaparkan tindak pidana apa yang dilakukan para tersangka ini.

Namun tidak menutup kemungkinan, kata dia, pasal yang diterapkan bakal berlapis.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga masih akan terus melakukan pengejaran terhadap pelaku lainnya.

"Tapi saya pikir situasi seperti itu kan pembakaran masuk, pembunuhan mungkin masuk, penganiayaan berat masuk pasti, pengrusakan dan sebagainya. Kita akan terus melakukan pengejaran kepada pelaku itu," ungkapnya.

Wiranto sebut OPM dan Benny Wenda berada di balik kerusuhan Wamena

Menko Polhukam Wiranto menyebut kerusuhan di Wamena dan Jayapura digerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang mau bergabung dengan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) yang dipimpin Benny Wenda.

Wiranto menegaskan OPM saat ini masih eksis meski jumlahnya sudah sangat sedikit.

“Dari hasil kajian mengungkapkan bahwa kerusuhan itu dimotori oleh dua hal, yaitu OPM yang sudah ada sejak dulu dan belum habis meskipun jumlahnya sangat sedikit yang ingin bergabung dengan kelompok Benny Wenda yang eksis di luar negeri,” ungkap Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (30/9/2019).

Baca: KPK Perpanjang Masa Penahanan Kock Meng Terkait Kasus Suap Gubernur Kepri

Baca: Video Viral - Kakek Duet Sama Biduan, Nenek Cemburu Lempar Kursi Hingga Nangkring Di Paha Suami

Baca: Demokrat Sebut Banyak yang Mau Maju Jadi Ketua MPR ‎

Lebih lanjut Wiranto mengatakan OPM dan kelompok Benny Wenda ini ingin menunjukkan eksistensinya di tengah sidang KTT HAM di Swiss dan agenda sidang umum PBB di New York.

Wiranto menegaskan agenda OPM dan kelompok Benny Wenda itu bisa dikatakan gagal.

“Syukur alhamdulillah agenda mereka itu bisa dikatakan gagal karena tak ada negara yang memberi perhatian khusus pada mereka baik di KTT HAM maupun Sidang Umum PBB. Tak ada yang mendengarkan aspirasi dari OPM maupun Benny Wenda yang jelas-jelas bertentangan dengan Resolusi PBB 2524,” tegas Wiranto.

Bujuk pendatang

Menko Polhukam Wiranto mengatakan pemerintah pusat maupun daerah dibantu tokoh masyarakat setempat berusaha membujuk pendatang untuk tidak meninggalkan Wamena.

Wiranto menyebut para pendatang yang trauma akibat kerusuhan di Wamena pekan lalu berusaha mengungsi ke tempat yang lebih aman seperti Jayapura.

Ia menjelaskan para pendatang di Wamena tersebut sebelumnya justru menjadi penggerak ekonomi di sana.

Diharapkan setelah kondisi Wamena kondusif, para pendatang tetap di Wamena untuk kembali menggerakkan ekonomi.

Baca: Merangsek Masuk Tol Dalam Kota, Massa Pelajar Lempari Mobil Polisi Pakai Botol

“Kondisi di Wamena saat ini sudah sangat kondusif, tapi memang masih ada residu yang harus diselesaikan yaitu pengungsi yang meninggalkan Wamena. Pengungsi yang merupakan pendatang itu justru pelaku ekonomi di Wamena sehingga bisa dibayangkan kalau mereka keluar daerah,” kata Wiranto dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (30/9/2019).

“Karena itu aparat keamanan, pemda, dan tokoh adat berusaha meminta mereka untuk tidak pulang ke daerah masing-masing supaya roda ekonomi di Wamena kembali bergerak,” tambahnya.

Baca: Tri Rismaharini Main Angklung di Busan, Korea, Universitas Tongmyong: Sangat Demokratik dan Friendly

Karena itu Wiranto mengatakan pemerintah daerah beserta aparat setempat terus berusaha menjanjikan jaminan keamanan di Wamena supaya para pendatang tidak meninggalkan Wamena.

Wiranto menjelaskan hingga saat ini 3.225 orang mengungsi ke Jayapura.

Baca: Konon Bakal Disomasi Mantan Suami, Ayu Ting Ting Tak Acuh

Wiranto mengatakan pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial sudah bergerak untuk mengurus para pengungsi tersebut.

“Sekarang yang harus disadari adalah kita bhineka tunggal ika, antara masyarakat Wamena asli dan pendatang adalah simbiosis mutualisme atau saling membutuhkan. Jangan sampai itu kacau oleh kita sendiri,” katanya.

Imbauan Jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau warga Kota Wamena, Papua tidak keluar dari kampung halamannya karena aparat keamanan telah membuat situasinya menjadi kondusif.

"Kami  imbau agar masyarakat tidak keluar dari Wamena karena aparat keamanan sudah bisa mengamankan," tutur Jokowi di Istana Bogor, Jakarta, Senin (30/9/2019). 

Menurut Jokowi, langkah Kepala Suku Lembah Baliem di Wamena juga telah bijak dengan mengajak dan menghimbau  warga agar tidak mengungsi keluar Wamena. 

Baca: Pegiat Antikorupsi: Terlalu Prematur MK Sidangkan Uji Materi UU KPK Hasil Revisi

"Ini saya kira sebuah himbauan yang baik dan juga polisi telah menangkap beberapa tersangka yang melakukan pembunuhan dan pembakaran yang ada di Wamena," papar Jokowi. 

Tidak lupa, Jokowi pun mengajak masyarakat di Wamena tidak mudah terprovokasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, baik disampaikan secara langsung maupun seruan di media sosial. 

"Seluruh masyarakat tetap tenang menahan diri dan menghindarkan dari semua provokasi-provokasi dan fitnah fitnah yang dilihat di media sosial, begitu sangat banyaknya nya isu-isu yang ditebarkan," ujar Jokowi .

Kerusuhan di Wamena, kata Jokowi, bukan disebabkan oleh konflik etnis tetapi ulah kelompok kriminal bersenjata yang turun ke perkampungan dengan membakar rumah. 

"Ini adalah kelompok kriminal bersenjata yang dari atas di gunung turun ke bawah dan melakukan pembakaran pembakaran rumah warga," paparnya. 

Bukan penduduk asli Wamena

Berdasarkan hasil penyelidikan sekaligus pemetaan yang dilakukan Polri diketahui yang melakukan pembakaran dan tindak pidana kekerasan di Wamena, Jayawijaya bukan orang asli atau penduduk Lembah Baliem.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan justru penduduk asli Wamena ikut melindung para pendatang saat terjadi kerusuhan.

“Pelaku pembakaran bukan penduduk asli Wamena (orang Lembah Baliem). Mereka justru banyak membantu memberi perlindungan kepada para pendatang dengan mengamankan di rumah warga maupun gereja,” kata Dedi Prasetyo kepada wartawan, Minggu (29/9/2019).

Baca: Relawan Gelar Aksi Damai di Sarinah Berikan Dukungan Untuk Presiden Jokowi

Baca: Polisi Tegaskan Penangkapan Putri Tiri Sri Bintang Pamungkas Murni Karena Kasus Narkoba

Menurut Dedi, kepala suku Lembah Baliem (Wamena) Agus Hubi Lapago secara khusus meminta para pendatang untuk tidak mengungsi karena yakin masyarakat asli Wamena sangat mencintai masyarakat Papua pendatang.

“Karena mereka yakin para perusuh adalah kelompok diluar Wamena,” ujarnya.

Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah tersebut meluruskan, sasaran kekerasan tidak hanya ditujukan kepada etnis tertentu saja yang tinggal disana.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, saat ini, jelas Dedi, aparat gabungan TNI dan Polri telah melakukan proses evakuasi bagi warga pendatang menggunakan berbagai moda transportasi termasuk pesawat Hercules ke beberapa kota di Papua antaralain ke Jayapura.

Baca: Upaya Kudo Agar Hadirkan Aplikasi yang Makin User Friendly​

Dari kesigapan aparat TNI dan Polri 3.213 orang berhasil dievakuasi ke Kota Jayapura.

543 orang diantaranya masih berada di tempat-tempat pengungsian antara lain di Lanud Silas Papare 101 orang, Rindam Jayapura 104, YON 751 172 orang, Paguyuban Minang ada 106 orang, dan di Mussala Attaqwa 66 orang.

Baca: Gerindra: Pimpinan MPR Ahmad Muzani, Wakil Ketua DPR Tunggu 2 Oktober

“Polri menjamin keamanan di Wamena, tidak benar jika saat ini kondisi di Wamena tidak terkendali,” kata Dedi.

Untuk itu, Polri mengajak semua suku yang ada di Papua untuk bersama-sama menjaga kedamaian di Papua dengan terus meningkatkan rasa persaudaraan sehingga tidak mudah diprovokasi pihak luar yang menginginkan terjadinya perpecahan dan kerusuhan di bumi Cendrawasih.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini