Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Psikologi Konflik, Ichsan Malik meminta pemerintah dan aparat keamanan untuk tidak mengedepankan reaksi agresif untuk menyelesaikan masalah di Papua. Cara pemerintah menggunakan cara kekerasan dinilai tidak akan menyelesaikan konflik.
"Lihat saja kemarin di mulut pemerintah bicara dialog, tapi yang ada chaos. Pemerintah masih ada part of problem. Reaksi agresif akan melahirkan kekerasan lagi. Seperti nyiram bensin ke api," kata Ichsan dalam sebuah diskusi di Sekretariat Iluni UI, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Padahal, menurut Ichsan, ada beberapa rute yang bisa ditempuh oleh pemerintah untuk rekonsiliasi konflik. Di antaranya, kehancuran atau keterbelahan akibat konflik, forgiveness, justice dan togetherness.
Baca: Komisi Yudisial Ingin Kewenangan Lembaga Diperkuat
Baginya, pemerintah bisa memilih jalan togetherness dalam penyelesaian konflik di Papua.
"Kalau bicara justice, dibawa ke pengadilan itu semua orang papua, karena itu semua orang pelaku. Kita lompat saja lah ke rute togetherness. Kita harus belajar dari Maluku, karena itu pelajaran yang paling menyakitkan. Semua ngotot justice," ungkapnya.
Dengan rute rekonsiliasi togetherness, imbuh Ichsan, pemerintah bisa berdialog dengan perwakilan papua yang dianggap bertentangan sikap. Artinya, pendekatan yang dikedepankan merupakan pendekatan budaya.
"Jadi memang pemerintah juga harus duduk dan harus memanggil pihak ketiga mereka yang paham. Tidak bisa lagi pemerintah mindsetnya kalau ada apa apa militer," pungkasnya.