TRIBUNNEWS.COM - Tiga aksi unjuk rasa pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terjadi masif pekan lalu.
Bermula pada ikutnya sejumlah pelajar ini pada aksi mahasiswa yang menolak pengesahan rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pada 24 September silam.
Namun unjuk rasa yang semula tertib, jelang malam berubah menjadi aksi lempar dan bakar, serta rusuh di sekeliling gedung parlemen.
Gabungan pelajar SMK kembali menggelar aksi serupa, tepat sehari setelahnya. Mereka menggelar aksi di sekeliling gedung DPR.
Namun sekali lagi, aksi berujung ricuh. Sejumlah fasilitas umum bahkan dirusak dan dibakar. Kerusuhan pun pecah malam hingga dini hari.
Baca: Dua Pemain Senior Kandidat Kuat Gabung Timnas U-23 Indonesia di SEA Games 2019
Baca: Tanggapi Survei LSI soal Perppu KPK, Legislator PPP: Tak Patut Diikuti
Baca: Ramalan Zodiak Cinta Besok, Selasa 8 Oktober: Aries Buang Cemburumu, Leo Jangan Keras Kepala
Tak henti disitu, para pelajar ini juga menjalankan aksi unjuk rasa kembali pada 30 September. Mereka berkumpul sejak siang hari, namun hingga malam mereka tak juga membubarkan diri.
Sebaliknya, massa melawan hingga kerusuhan tak terhindarkan. Massa pelajar juga membakar pos polisi hingga menguasai mobil taktis polisi.
Belakangan juga beredar informasi polisi menangkap sebagian massa yang ternyata bukan siswa. Dua buah video viral beredar, yang menyebut bahwa mereka mengaku mendapat bayaran untuk melakukan aksi ricuh di sejumlah tempat.
Jurnalis KompasTV Aiman Witjaksono EKSKLUSIF menelusuri keberadaan massa pelaku demo yang merupakan "Pelajar Jadi-Jadian". Aiman juga mewawancarai eksklusif sang sosok "jadi-jadian.
Siapakah sesungguhnya tokoh di belakang aksi mereka?
Saksikan program AIMAN dalam episode "Misteri Pendemo Jadi-Jadian" yang akan tayang pada Senin 7 Oktober 2019 pukul 20.00 WIB di KompasTV. (Chandra Kriftaningtyas/ KompasTV).
>