Berikut enam fakta tentang Abu Rara, pelaku penusukan Wiranto, dari pernah mengonsumsi narkoba hingga menolak Pancasila.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pelaku penusukan Wiranto, SA atau Abu Rara, telah diringkus polisi ke Polsek Menes, Polres Pandeglang, pada Kamis (10/10/2019).
Abu Rara dan perempuan yang diduga sebagai istrinya, FD (sebelumnya FA) ditangkap karena melakukan penusukan kepada Menkopolhukam Wiranto dan Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto.
Aksi penusukan itu terjadi saat Wiranto tiba di Alun-alun Menes, Pandeglang, pukul 11.50 WIB.
Kala itu, Wiranto selesai menghadiri peresmian gedung baru Universitas Mathlaul Anwar.
Baca: Bupati Irna: Penusukan Terhadap Wiranto Mencoreng Nama Baik Pandeglang
Baca: Fahri Hamzah, Rocky Gerung, Andi Arief hingga Dahnil Anzar Tanggapi soal Insiden Penusukan Wiranto
Peristiwa penusukan tersebut mengakibatkan Wiranto menderita dua luka tusukan di perut bawah sebelah kiri.
Menkopolhukam juga harus menjalani operasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.
Selain Wiranto, Dariyanto, ajudan Wiranto, dan tokoh setempat bernama Fuad Syauki juga turut terluka.
Lantas, siapa sosok Abu Rara yang melakukan penusukan terhadap Wiranto?
Berikut enam fakta Abu Rara, dirangkum Tribunnews dari Kompas.com :
1. Pernah Konsumsi Narkoba
Abu Rara merupakan pria kelahiran Medan tahun 1968.
Saat ini, dia berusia 51 tahun.
Abu Rara dikenal pintar dan cerdas.
Dia menyelesaikan kuliahnya di fakultas hukum di salah satu universitas ternama di Sumatera Utara.
Kala itu, SA dan keluarganya tinggal di Jalan Alfakah, Kelurahan Tanjung Mulia, Hilir, Kecamatan Medan Deli.
Saat usianya 27 tahun, SA menikah dengan istrinya yang pertama, yakni Netty pada tahun 1995.
Sayangnya pernikahan tersebut hanya bertahan 3 tahun.
Mereka bercerai.
Hal tersebut membuat Abu Rara frustasi dan mengkonsumsi narkoba jenis pik kurtak.
Dia juga sering ikut judi togel.
"Sampai hitam keningnya disundutnya dengan api rokok setelah makan 12 butir kurtak. Itu di depanku," cerita Alex (39), sahabat SA di Medan.
2. Hijrah ke Malaysia
Tak lama kemudian, sekitar tahun 1999, Abu Rara berangkat ke Malaysia.
Sepengetahuan Alex, Abu Rara di Malaysia hanya untuk jalan-jalan.
Dia juga tak tahu dengan siapa selama lima bulan di Malaysia.
Sepulangnya dari Malaysia itu lah penampilan Abu Rara berubah.
Ia menggunakan peci dan terlihat lebih agamis.
Abu Rara juga disebut rajin ke musala untuk mengisi pengajian.
Namun, dia kemudian menarik diri karena ceramah yang disampaikan tidak disukai warga.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya SA membuka depot air hingga rental PlayStation.
Meskipun begitu, semua bisnisnya gagal.
Ia pun bekerja serabutan.
3. Larikan Anak Gadis Orang
Sekitar tahun 2000-an, Abu Rara menikah untuk kedua kali dengan Yuni.
Mereka menikah 'tembak' di Hamparan Perak, Deli Serdang.
Dari hasil pernikahan keduanya tersebut, Abu Rara dikaruniai dua anak perempuan.
Namun, pernikahan tersebut tidak disetujui oleh orangtua Yuni.
Abu Rara dilaporkan polisi karena membawa anak gadis orang.
Lantas, dia dipenjara selama tiga bulan.
Yuni pun diambil paksa oleh orangtuanya saat anak keduanya masih berumur 10 hari.
"Orangtua Yuni kan tak setuju dengan hubungan mereka. Keluarga Yuni berontak. Diambil lah Yuni sama orangtuanya, dikasuskan dia sama orangtuanya karena melarikan orang. Dipolisikan," kata Alex.
4. Ngaku Ingin ke Suriah
Dua sahabat karib tersebut kembali bertemu pada tahun 2013.
Kepada Alex, Abu Rara juga bercerita proyek yang ia garap di Sulawesi Selatan batal.
Padahal menurutnya, keuntungan proyek tersebut rencananya akan digunakan untuk pergi ke Suriah.
"Kalau itu jadi, nanti akan digunakannya untuk pergi ke Suriah. Kalau saya, jihad itu ya untuk keluarga," kata Alex menirukan omongan sahabatnya.
5. Menolak Pancasila
Kepada Kompas.com, Kamis (10/10/2019), Alex bercerita terakhir kali bertemu dengan Abu Rara dan keluarganya pada tahun 2015.
Alex mengatakan, saat itu Abu Rara juga menyebut dirinya tidak menyukai Pancasila.
Pemimpin-pemimpin disebutnya kafir.
Di situ, dia tidak sepakat dan mengaku NKRI harga mati.
"Dia nunjukin seperti bendera, panji hitam itu. Menolak Pancasila, tapi saya berbeda pendapat. Saya tetap NKRI harga mati," kata Alex.
Di tahun 2015, dia ketemu dengan istrinya yang bercadar.
Ia bersama dua orang anak perempuannya, dan juga istri serta dua anak laki-lakinya tinggal sekitar dua bulan di Alfakah VI.
"Sampai akhirnya dia meninggalkan rumah itu. Tak tahu kemana. Sampai akhirnya sekarang. Tak tahu aku sampe segini. Berarti tekat dia sudah bulat. Gemblung," ujar Alex.
Sebagian artikel telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sosok SA, Penusuk Wiranto di Mata Sahabat, Tolak Pancasila dan Ingin ke Suriah
6. Rumah Digusur
Abu Rara sempat kembali dan tinggal di Jalan Alfakah, Kelurahan Tanjung Mulia, Hilir, Kecamatan Medan Deli pada tahun 2015 lalu selama dua bulan.
Ia tinggal dengan istrinya yang bercadar bersama dua anak perempuan dan dua anak lelaki.
Dua tahun lalu, rumah tersebut digusur untuk pembangunan jalan tol Tanjung Mulia-Helvetia.
"Itu lah sejak digusur ya pergi mereka semua. Tak tahu lah kemana. Katanya ke Jawa. Sekarang ya kek gitu lah bekas rumahnya," kata Silfi, tetangga SA di Medan.
Saat ini, lokasi bekas rumah Abu Rara hanya tersisa rumput dan pohon jambu yang berbuah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sosok SA, Penusuk Wiranto di Mata Sahabat, Tolak Pancasila dan Ingin ke Suriah" dan "Fakta Abu Rara Pelaku Penusukan Wiranto, Lulusan Fakultas Hukum yang Rumahnya Digusur untuk Pembangunan Tol"
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia/Kompas.com/Dewantoro)