TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosok Syahrial Alamsyah alias Abu Rara alias Alam (51) menjadi buah bibir setelah berusaha menusuk Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Kamis (10/10/2019).
Menurut beberapa warga yang pernah bertetangga dengannya, Alam adalah alumnus Universitas Sumatera Utara (USU).
Dia diketahui tinggal di Jalan Alfaka V, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara.
Dalam data kependudukan, Alam menyandang status sebagai Sarjana Hukum (SH).
Baca: Pelaku Penusukan Wiranto Lulus S1, Pernah Pakai Narkoba dan Judi, Pulang dari Malaysia Jadi Berubah
Baca: Detik-detik Penusukan Wiranto Terekam Kamera, Pakar Ekspresi Soroti Cara Pelaku Genggam Senjata
Namun belum diketahui, persisnya di mana dia meraih gelar sarjananya.
Kepala Humas USU Elvi Sumanti mengatakan, pihaknya sudah mencari data atas nama Syahrial Alamsyah di sistem informasi akademik dan hasilnya nihil.
"Kalau dari sistem informasi akademik tidak ditemukan datanya. Kami sedang mencoba kroscek secara manual di Fakultas (Hukum). Kroscek dilakukan pihak fakultas," kata Elvi, Kamis (10/10/2019) malam dikutip dari Tribun Medan.
Alam adalah laki-laki kelahiran Agustus 1968.
Jika menilik dari data itu, artinya Alam kuliah di angkatan 80-an.
“Itupun, kalau benar di USU," jelas Elvi.
Alam menusuk Wiranto saat berkunjung ke Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Ia diamankan polisi bersama seorang perempuan berinisial FA dari lokasi kejadian.
Alam bermukim di Medan sampai 2015.
Polisi pun melakukan pemeriksaan terhadap kakak ipar Alam yang tinggal di Jalan Alfaka V.
Warga berkerumun di rumah itu. Hingga sekarang rumah itu masih dijaga polisi.
Rumahnya pernah digusur
Rumah Abu Rara di Jalan Alfaka VI, Lingkungan V, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara ternyata sudah digusur untuk pembangunan jalan tol.
Hanya ada rumah bercat kuning yang ditempati kakak ipar Abu Rara, bernama Trisna, dan keluarganya.
Tak pelak, Trisna ikut diinterogasi Polsek Medan Labuan, Kamis (10/10).
Kapolsek Medan Labuhan AKP Edi Safari tampak duduk di sebelah kanan ruangan menginterogasi Trisna.
"Ia dikenal sebagai orang baik. Kerjanya nulis-nulis pakai laptop. Pintar dia," kata Mira (70), warga Alfaka V.
Baca: Pelaku Penusukan Wiranto Lulus S1, Pernah Pakai Narkoba dan Judi, Pulang dari Malaysia Jadi Berubah
Baca: Fakta Abu Rara Pelaku Penusukan Wiranto, Pernah Dipenjara Karna Larikan Anak Gadis Orang
Setelah rumahnya digusur, Abu Rara pergi merantau.
Kerabatnya yang tinggal di sekitar lokasi itu hanya kakak iparnya, Trisnawati, istri Sukarman (kakak kandung Abu Rara). Sukarman sudah meninggal dunia.
"Di sini tinggal istri abangnya yang nomor satu, almarhum Sukarman," kata Rizaldi, Kepala Lingkungan V Kelurahan Tanjung Mulia Hilir.
Abu Rara alias Alam pernah dua kali menikah.
Dari istri pertama, dia dikaruniai dua orang putri.
Ia bercerai dengan istri pertama sekira lima tahun lalu.
"Kemudian dia menikah dengan istri kedua, tapi nggak lama kemudian bercerai lagi," katanya.
Gencarnya berita mengenai penusukan terhadap Wiranto membuat warga sekitar langsung berdatangan ke rumah kakak ipar Abu Rara.
Kepala Lingkungan Rizaldi menyebut Abu Rara dikenal suka bergaul dengan warga setempat.
Begitu mendapat kabar Syahril terlibat kasus penusukan terhadap seorang pejabat tinggi negara, warga setempat langsung berdatangan cek ke rumah kakak ipar tersangka.
"Saya mau cari tahu, apakah ia (tersangka) benar warga sini. Setahu saya bagus ia dalam bertutur dan sopan," ujar seorang warga setempat.
Sementara itu, orangtua Fitria Diana alias Fitri Andriana (21) langsung syok karena tak menduga anaknya terlibat dalam kasus penusukan tersebut.
"Mereka kaget dan syok. Mereka tidak pernah menduga akan terjadi seperti ini," kata Kepala Desa (Kades) Sitanggal, Kecamatan Larangan, Brebes, Untung Andi Purwanto, yang turut mendampingi pemeriksaan dan penggeledahan di rumah orangtua Fitri, Kamis (10/10).
Kedua orangtua Fitri Andriana langsung diamankan petugas Polres Brebes setelah terjadi kasus penusukan terhadap Wiranto di Pandeglang, Banten.
Petugas juga menggeledah rumah dan menemukan enam anak panah, busur, dan berbagai buku yang diduga ada kaitannya dengan paham radikal Negara Islam Irak-Suriah (ISIS).
Menurut Untung, kedua orangtua Fitri, tak ada yang menangis terkait dengan kasus yang membelit anak mereka.
"Tidak menangis, hanya kaget dan syok. Karena mereka itu keluarga miskin, jadi seolah tak percaya anaknya seperti itu," katanya.
Seperti diketahui sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Jenderal Purn Wiranto ditusuk oleh seorang pria bernama Syahril Alamsyah alias Abu Rara.
Selain Wiranto, Kapolsek Menes Kompol Dariyanto juga ditusuk di punggung yang pelakunya diketahui istri dari Abu Rara bernama Fitri Andirana.
Pelaku menusuk Wiranto menggunakan senjata tajam bernama kunai atau pisau yang dipakai ninja.
Menurut Direktur RSUD Berkah Pandeglang, Dokter Firmansyah, Wiranto mengalami dua luka tusukan yang cukup dalam di bagian perutnya.
Karena lukanya cukup dalam, Wiranto dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto di Jakarta.
Wiranto kemudian menjalani operasi selama kurang lebih 2,5 jam.
Mantan Panglima ABRI itu juga harus jalani rawat inap.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku cukup terkejut dengan peristiwa penusukan terhadap Wiranto. Jusuf Kalla mengaku tidak habis pikir ada orang yang melukai pejabat negara, dan ini merupakan kasus pertama di tanah air.
"Tidak disangka, ini pertama kali. Ada orang yang memang mencederai pejabat dengan tikaman," kata Jusuf Kalla ditemui usai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Subroto, Kamis sore.
Sementara Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepolisian, Badan Intelijen Nasional (BIN), dan TNI untuk mengusut secara tuntas pelaku penusuk Wiranto.
"Tadi siang, saya langsung perintahkan Kapolri, Kepala BIN, didukung TNI untuk mengusut tuntas dan menindak tegas terhadap pelaku dan jaringan yang terkait peristiwa ini," kata Jokowi saat menggelar jumpa pers di RSPAD Gatot Subroto, kemarin.
Menurut Jokowi, pelaku penusuk Wiranto merupakan orang yang menganut paham radikalisme dan hal ini harus segera diperangi secara bersama-sama oleh semua pihak.
"Hanya dengan upaya bersama, terorisme dan radikalisme bisa kita selesaikan dan berantas dari negara yang kita cintai," katanya.
"Yang paling penting jaringan ini harus dikejar dan dituntaskan diselesaikan," sambung Jokowi.
Presiden mengajak seluruh masyarakat Indonesia turut mendoakan Wiranto agar bisa sembuh dan segera pulih.
"Dalam kesempatan ini saya mohon doa restu seluruh masyarakat dan rakyat indonesia semoga beliau diberi kesembuhan dan segera pulih," ujar Jokowi.
Terpapar ISIS
Penusukan terhadap Wiranto dan Kapolsek Menes terjadi usai peresmian Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mathla'ul Anwar (Unma) Banten. Sejumlah warga menyaksikan langsung peristiwa penusukan yang terjadi di Alun-alun Menes, Pandeglang, ini.
Seorang warga, Aduy (30), mengatakan Wiranto menjadi sasaran pertama yang ditusuk oleh pelaku pria. Wiranto langsung jatuh tersungkur seusai mendapat serangan.
Menurut Aduy, Kapolsek yang berada di sebelah Wiranto, langsung mengamankan pelaku. Namun, Dariyanto yang mencoba menghalau pria tersebut, kemudian ditusuk oleh pelaku lain di bagian punggung. "Yang tusuk Wiranto laki-laki, ditarik sama Kapolsek pelakunya. Pelaku lainnya yang perempuan langsung tusuk Kapolsek," kata Aduy.
Aduy yang saat kejadian tengah berada di konter tepat di depan lokasi penusukan, melihat Wiranto terluka di bagian perut. Sementara Kapolsek terluka di bagian punggung.
Usai peristiwa berdarah tersebut kedua pelaku langsung diamankan polisi. Dua senjata tajam berwarna hitam dengan tali merah melilit pegangannya juga ikut disita. Senjata itu bernama kunai atau pisau yang dipakai ninja.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo membenarkan kunai dipakai pelaku untuk melakukan penusukan. "Ya benar senjatanya itu," kata Dedi saat wartawan memperlihatkan foto kunai yang tersebar di media sosial.
Dari hasil proses penyelidikan sementara, Dedi menyebut pelaku lelaki bernama Abu Rara diduga terpapar paham radikal ISIS. Mabes Polri juga memastikan pasangan suami istri, Abu Rara dan Fitri Andriana (FA), tergabung dalam kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD) Bekasi.
"Sudah bisa dipastikan pelaku termasuk dalam kelompok JAD Bekasi," ujar Dedi.
Dedi mengungkapkan JAD Bekasi dipimpin oleh Fazri Pahlawan alias Abu Zee Ghuroba. Abu Zee telah ditangkap oleh Densus 88 pada akhir September lalu. "Amirnya Abu Zee yang sudah ditangkap tanggal 23 September yang lalu bersama 8 pelaku lainnya. Satu orang yang ditangkap di Jakarta Utara," tutur Dedi.
Dedi mengungkapkan FA berasal Brebes, Jawa Tengah. Sementara SA berasal dari Deli Serdang, Sumatera Utara. Terkait lokasi penyerangan, Dedi mengatakan pihaknya masih mendalami potensi kerawanan di daerah tersebut.
Menurut Dedi, motif penusukannya, mereka yang terpapar radikalisme ISIS menjadikan pejabat publik dan polisi sebagai sasaran serangan.
"Ya kalau misalnya terpapar radikal ya pelaku pasti menyerang pejabat publik, utamanya aparat kepolisian yang dianggap thaghut karena kita lakukan penegakan hukum terhadap kelompok seperti itu," kata Dedi.
Dedi membantah pihaknya kecolongan terkait insiden penusukan Wiranto. Saat kejadian interaksi antara Wiranto dengan masyarakat merupakan hal yang biasa terjadi.
"Tidak ada istilah kecolongan jadi interaksi pejabat publik dengan masyarakat seperti hal ya yang sudah terjadi seperti itu, bersalaman, disapa itu hal biasa," ujar Dedi.
Menurut Dedi, pengamanan yang diberikan kepada Wiranto sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) pengamanan menteri. Sejumlah skema pengamanan telah diterapkan saat kehadiran Wiranto di Menes. "Pengamanan tetap melekat ada pengamanan melekat (pamkat), pengamanan pengawalan (pamwal) juga sudah standar operasional sudah ada pengawalan melekat," jelasnya.
Pelaku Nomaden
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan turut mengawal pengusutan kasus penusukan terhadap Wiranto. Budi Gunawan juga menyatakan pelaku penusukan merupakan teroris dari jaringan JAD yang ditangkap Densus 88 Mabes Polri beberapa waktu lalu di Bekasi.
"Ini sudah pasti dari kelompok jaringan JAD, khususnya JAD Bekasi. Kita sudah pantau khusus pelaku ini," ucap Budi Gunawan.
BG menjelaskan pelaku penusukan itu sudah tiga bulan lalu pindah dari Kediri ke Bogor. Kemudian dari Bogor, pindah lagi ke Menes, Lebak.
"Pelaku pindah ke Menes karena cerai dengan istri pertama. Di Menes menikah lagi dan memang sel-sel seperti ini cukup banyak.
Kami imbau masyarakat ikut dan memantau mengawasi sel-sel seperti ini. Ini ada kaitan dengan lima orang ditangkap di Bekasi, yang merencanakan bom," tuturnya.
Abu Rara, seorang terduga teroris yang ditangkap di Tambun Bekasi, diungkap Budi Gunawan sudah dipantau beberapa kali mengumpulkan pisau namun belum pada tahap bom.
BIN juga mendeteksi bakal ada serangan dari kelompok JAD jelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih.
"Dari awal sudah kita sampaikan bahwa kami deteksi menjelang pelantikan memang ada rencana seperti itu dari JAD sehingga kita harus benar-benar dengar dan waspada," ucap Budi Gunawan.
BG melanjutkan kelompok JAD ini memang berniat membuat kondisi keamanan tidak stabil termasuk melakukan amaliah, seperti yang dilakukan pelaku Abu Rara.
Bahkan mantan Wakapolri ini tidak menampik banyak jaringan JAD yang bergerak senyap, orang-perorang sehingga patut diawasi.
"Memang mereka cukup banyak, pergerakannya sistem sel, orang per orang. Mohon bantuan seluruh warga bantu awasi kalau ada yang mencurigakan sampaikan ke aparat," tambahnya. (tribun network/fah/fel/rin/wly)