Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas, meminta pihak kepolisian untuk membongkar jaringan teroris pascapenusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto, di Pintu Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).
“Polisi tak perlu ragu dalam bertindak (menghadapi terorisme), tidak ada pelanggaran HAM jika penindakan hukum terhadap para pelaku sesuai dengan peraturan perundang-undangan,” ujar Robikin melalui keterangan tertulis, Jumat (11/10/2019).
Ia meminta agar jangan ada yang mengaitkan kasus ini dengan masalah agama. Menurutnya, tidak agama yang mengajarkan kekerasan.
Baca: Pengamat Ini Sebut Gerindra Simbol Oposisi, Lucu Jika Gabung Koalisi Pemerintah
"Jangan ada yang mengaitkan dengan Islam. Karena Islam adalah agama damai, rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin). Islam pasti mengutuk segala bentuk kekerasan seperti ini," pungkas Robikin.
Robikin menyatakan penyerangan yang dilakukan kelompok radikal terhadap Wiranto adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan agama atau kepercayaan apa pun.
Baca: Gara-gara Postingan Nyinyir Sang Istri, Perwira TNI Ditahan dan Dicopot dari Jabatannya
Baca: Direktur SMRC: Presiden Jokowi Butuh Sosok Leader di Jajaran Menteri
Baca: Prabowo Dukung Pemindahan Ibu Kota Negera Setelah Mendapat Penjelasan Dari Jokowi
"Pak Wiranto selaku Menkopolhukam RI merupakan pengemban amanah di bidang keamanan negara, sehingga yang diserang adalah simbol negara. Itu artinya, yang diserang hakikatnya adalah keamanan negara, rasa aman masyarakat," tutur Robikin.
Seperti diketahui, Wiranto menjadi korban penusukan di Pintu Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten siang ini, Kamis (10/10/2019) sekira pukul 11.55 WIB.
Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto yang melakukan pengamanan juga kena tusuk dibagian punggung. Ajudan Wiranto, Fuad, juga terkena tusuk di bagian dada sebelah kiri atas, sementara Wiranto di tubuh bagian depan.