TRIBUNNEWS - Budi Arie Setiadi dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Jumat (25/10/2019).
Seusai dilantik, Budi Arie Setiadi menyampaikan keinginannya kepada awak media di Komplek Istana Negara, dilansir dari siaran langsung Kompas TV.
“Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan ya, apalagi dengan jumlah desa dan dana desa yang tidak sedikit. Harus serius dan fokus kepada masalah di desa,” ucap Budi Arie Setiadi.
“Kalau kerja, saya ingin satu sampai dua hari di kantor, nanti lima hari di lapangan. Bisa pergi ke seluruh desa dan tidur bersama warga di kampung-kampung,” katanya.
Baca: 12 Wakil Menteri Dilantik, Pengamat: Tak Serta Merta Menjamin Birokrasi Semakin Mulus
Budi juga mengungkapkan ketika bekerja harus tegar tidak boleh mengeluh dan marah karena sudah bergabung di Kabinet Kerja Jokowi.
“Harus tegar, nggak boleh ngambek. Perlu menumbuhkan rasa cinta kepada negara,” tutur Budi Arie Setiadi.
Baca: Budi Arie Setiadi: Kau yang Mulai, Harus Kau yang Akhiri
Baca: Jokowi Lantik 12 Wakil Menteri di Istana Negara
Relawan yang sebelumnya tergabung dalam Pro Jokowi (Projo) juga perlu dilibatkan untuk mengawal permasalan di desa.
Desa di Indonesia berjumlah desa 74.800 dan dana desa sebanyak Rp 77 triliun.
Tentunya perlu kerjasama dari semua elemen yang terlibat.
Sehingga memberikan hasil yang baik untuk daerah tertinggal dan wilayah kota lainnya.
“Indonesia miliki 74.800 desa di seluruh tanah air. Sehingga perlu dibackup, karena ada dana desa lebih dari 70 trilliun pertahun. Agar memberikan hasil yang baik untuk Indonesia,” kata Presiden Joko Widodo saat mengumumkan calon wakil menteri.
Perjalanan Karir Budi Arie Setiadi
Dilansir dari Kompas.com, Budi Arie Setiadi lahir di Jakarta, 20 April 1969
Dia lebih dikenal sebagai relawan, aktivis, praktisi media sekaligus politikus.
Ia memulai aktivismenya sejak mahasiswa.
Budi pernah aktif mendirikan dan membina Forum Studi Mahasiswa (FSM) UI dan juga Kelompok Pembela Mahasiswa (KPM ) UI.
Selanjutnya, Ia juga pernah aktif di pers kemahasiswaan dengan menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Suara Mahasiswa UI pada tahun 1993-1994.
Budi pernah ikut mengelola Media Indonesia di tahun 1994-1996.
Saat Reformasi 1998, Budi mendirikan surat kabar Bergerak.
Bersama beberapa koleganya, ia pun ikut menjadi mendirikan Mingguan Ekonomi Kontan.
Di sana, ia menghabiskan karirnya sebagai jurnalis Kontan sejak tahun 1996 hingga 2001.
Dalam kariernya di bidang politik, Budi pernah menjadi Kepala Balitbang PDI Perjuangan DKI Jakarta periode 2005-2010 dan juga Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta.
Hingga akhirnya absen di dunia politik dan mendirikan Projo pada Agustus 2013.(*)
(Tribunnews.com/Suci Bangun Dwi Setyaningsih)