Laporan wartawan Tribunnews.com, Mafani Fidesya Hutauruk
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Bidang Meteorologi (BMKG), Mining Saepudin menjelaskan adanya beberapa alasan yang terjadi hingga menyebabkan mundurnya musim hujan, khususnya di pulau Jawa.
"Biasanya musim kemarau itu ada di bulan Juni, Juli, Agustus. Namun untuk saat ini musim kemarau terjadi hingga bulan Oktober," ucap Miming Saepudin dalam Konferensi pers Penanggulangan Bencana di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Kamis, (31/10/2019).
Baca: Menkominfo Pastikan Tidak Akan Blokir Jaringan Internet di Papua saat Ultah OPM
Ia menjelaskan di tahun 2019 ini, musim kemarau lebih panjang daripada musim hujan.
Kendati demikian, ia menjelaskan adanya prediksi BMKG, bahwa musim kemarau akan berakhir dan memasuki musim hujan di bulan November ini.
"Prediksinya di bulan November, pertumbuhan awan mulai signifikan sehingga dapat menghalangi sinar matahari yang menyinari bumi," ucapnya.
Dirinya menjelaskan mengapa pulau Jawa terlambat merasakan musim hujan.
Baca: Hanya Gara-gara Senggolan, Pemuda Banjarmasin Hujani Tusukan Pengendara Lainnya
"Penyebab mundurnya musim hujan dikarenakan kondisi suhu muka laut (anomali) di wilayah Indonesia masih negatif. Dalam artian kondisi laut lebih dingin dari biasanya dan menyebabkan kurangnya penguapan," ucapnya.
Kurangnya penguapan berdampak kepada kurangnya pertumbuhan awan. Ketika pertumbuhan awan kurang kelembaban juga kurang, maka terjadi sulit hujan," tuturnya.