Pancasila adalah platform yang kita dirikan, kita sepakati, dan telah disetujui oleh para ulama juga santri.
Pancasila ditetapkan sebagai ideologi kita berbangsa.
Kendati demikian, dia menyayangkan adanya orang-orang yang membentur antara negara dengan agama.
Kondisi ini yang akhirnya membuat keributan di masyarakat.
"Ada pertanyaan yang selalu dimunculkan oleh kelompok yang tidak senang kepada NKRI, yaitu Anda Islam, Anda beragama, tapi Anda milih mana; kitab suci Anda Alquran atau Pancasila?" Irfan membuka dialektikanya.
Bagi Irfan hal tersebut merupakan pertanyaan yang salah akan logikanya.
Alasannya karena dibenturkan dengan hal yang tidak sepaham dan tidak cocok.
Ia menjelaskan Alquran diturunkan secara global, kemudian ada hadis yang menguraikan.
Lalu, ada paham ulama, ijtihad ulama yang ditetapkan.
Sementara itu, radikal menurut Irfan dibagi menjadi radikal konstruktif dan radikal destruktif.
Direktur Deradikalisasi BNPT tersebut juga menyebutkan ada 5 istilah di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang dielaborasi untuk mencerahkan masyarakat.
Irfan menyebutkan lima istilah tersebut yang pertama radikal, kedua radikalisasi, ketiga radikalisme, keempat radikal terorisme, dan kelima deradikalisasi.
Irfan mengimbau agar jangan dengan mudah menjustifikasi seseorang sebagai orang yang radikal hanya karena simbol, bahasa, atau latar belakang pendidikan.
"Radikal itu radis, berpikir sampai akar-akar, sampai tuntas, holistik dari huku ke hilir,"