Laporan wartawan magang Yosi Vaulla Virza
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius berharap, masyarakat tidak memarginalkan para mantan narapidana teroris atau mantan napiter maupun keluarganya. Hal tersebut disampaikan dalam Komunikasi Internal Pembekalan Sosialisasi Anti Radikalisme Komisi Pemeberantasan Korupsi 2019, di Gedung Penunjang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),(Senin,4/11/2019).
Suhardi menjelaskan, mantan napiter dan keluarga diibaratkan seperti layaknya bom waktu yang kapan saja bisa meledak. Maksudnya, kata Suhardi sewaktu- waktu bisa kembali lagi seperti pada saat di masa lalu.
Baca: Suhardi Alius: Penyebaran Paham Radikal Oleh Kelompok tak Bertanggung jawab Menggunakan Teknologi
Untuk itu, ia menyarankan kepada masyarakat dan pemerintah untuk tidak mengabaikan. Dengan menerima, serta merangkul mereka dan tidak membuat mereka merasa terpinggirkan.
"Kita sekarang merangkul. Karena yang gampang menjadi bom waktu adalah keluarga dari mantan napiter mapun mantan napiter sendiri. Kalau mereka di marginalkan (dipinggirkan) tinggal tunggu waktu saja mereka kembali lagi," kata Suhardi Alius.
Baca: Kepala BNPT: Tampilan Fisik Tidak Bisa Mencirikan Seseorang Terpapar Radikalisme
Kepala BTPN ini mengungkapkan ada dua faktor yang menyebabkan mantan napiter dan keluarga bisa sembuh dari penyakit radikalisme dan kembali menjadi orang yang normal .
Faktor pertama adalah faktor internal, dari dalam diri mereka sendiri. Adanya keinginan untuk berubah. Dan faktor kedua adalah eksternal, dari luar yaitu penerimaan oleh masyarakat.
Baca: Suhardi Alius: Pasis Sespimti Bisa Jaga Masyarakat dari Pengaruh Paham Radikal Terorisme
Ia mencontohkan, napiter Juanda di Kalimantan Timur setelah keluar dari lapas (penjara). Mantan apiter ini tidak di terima oleh keluarganya dan membuatnya kembali lagi menjadi teroris.
"Dia (Juanda) keluar dari lapas, sudah itu dia frustasi saat pulang kerumah. ditolak oleh keluarganya karena dianggap mencemarkan nama baik keluarganya. Mencari anak istrinya, diungsikan anak istrinya, hopeless (putus asa) hidupnya. Kembali lagi menjadi teroris," Suhardi menjelaskan.
Baca: Curhat Eks Napiter Bom Bunuh Diri di Mapolres Solo, Akui dapat Pencerahan di Bui dan Kembali ke NKRI
Dari kejadian tersebut, bisa dilihat bagaimana pentingnya dukungan dan penerimaan oleh masyarakat dan pemerintah kepada napiter, agar dapat merubah pemikiran mereka dan terbebas dari masa lalu.