TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertemuan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dengan Presiden PKS Sohibul Iman mendapat sindiran menohok dari Presiden Jokowi.
Sindiran Jokowi terhadap Surya Paloh dilontarkan saat berpidato dalam acara HUT ke-55 Partai Golkar di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Rabu (6/11/2019) malam.
Dalam acara tersebut hadir sejumlah tokoh politik di antaranya Surya Paloh, Aboe Bakar Al Habsyi dari PKS, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari Demokrat, Oesman Sapta Odang dari Hanura, Grace Natalie dari PSI, dan lainnya.
"Bapak Surya Paloh yang kalau dilihat malam ini, beliau cerah dari biasanya, sehabis pertemuan beliau dengan Pak Sohibul Iman di PKS," ucap Jokowi yang disambut tawa hadirin dalam acara tersebut.
"Wajahnya cerah, setelah beliau berdua berangkulan dengan Pak Sohibul Iman," sambung Jokowi yang kembali disambut riuh seisi ruangan.
Baca: Bertemu PKS, Nasdem Cerdik Manfaatkan Situasi Curi Start untuk 2024
Jokowi mengaku, tidak mengetahui makna di balik pertemuan dan berangkulannya Surya Paloh dengan Sohibul Iman.
Ia melihat hal tersebut bukan hal biasa dilakukan Surya Paloh dengan sesama pimpinan partai politik.
"Tidak pernah saya dirangkul oleh Bang Surya seperti seerat merangkul Pak Sohibul Iman. Tadi di holding saya tanyakan, ada apa? Tapi nanti jawabnya dilain waktu dijawab," ucap Jokowi.
Jokowi sengaja bertanya soal pertemuan tersebut karena Partai NasDem saat ini berada di dalam koalisi pemerintah.
"Saya boleh bertanya dong, karena beliau masih di koalisi pemerintah," ucap Jokowi.
Usai acara, Surya Paloh menyikapi santai sindiran dari Jokowi tersebut.
Menurut Surya Paloh apa yang dilontarkan Jokowi sebagai bentuk selera humor sang presiden.
Baca: Pemilihan Dewan Pengawas KPK Masih Desember 2019, Jokowi: Saya akan Pilih Orang yang Berintegritas
"Masa kalian enggak tanggap, Pak Jokowi punya sense of humor yang tinggi," kata Surya Paloh lalu tertawa.
Ia pun menganggap bila perkataan Jokowi bukan sebagai bentuk peringatan bagi Partai NasDem agar tidak melakukan manuver politik dengan menemui sejumlah pimpinan partai politik di luar koalisi pemerintahan.
"Saya tidak merasa itu (peringatan,red) apalagi itu dianggap sebagai warning itu, saya pikir terlalu naif," kata Surya Paloh.
Menurut Surya, sangat disayangkan jika manuver NasDem dinilai sebagai bentuk perlawanan terhadap koalisi pemerintahan.
Untuk itu, ia meminta agar pikiran-pikiran tersebut dibuang jauh-jauh.
"Sayanglah kemajuan berdemokrasi kita sudah jauh kita miliki, suasana komunikasi batin sudah baik kita miliki artinya seluruh praduganya mengarah kepada pikiran yang negatif harus kita buang jauh-jauh," ucap Surya Paloh.
Baca: Bukan Mistis, Ada Desa Siluman Dapat Kucuran Dana Desa, Jokowi: Kejar sampai Tertangkap
Surya Paloh mengakui bila dirinya belum berbicara dan bertemu langsung dengan Jokowi setelah bertemu elite PKS.
Meskipun begitu, ia menyebut dirinya telah bertemu secara batin dengan mantan gubernur DKI Jakarta itu.
"Belum ketemu dalam fisik, tapi bertemu dalam batin," ucap Surya Paloh.
Surya Paloh pun menegaskan, tetap akan ada komunikasi dengan Jokowi perihal pertemuannya dengan petinggi PKS.
"Amat sangat, pasti lah itu," kata Surya Paloh.
Makna sindirin Jokowi
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut sindirian Presiden kepada Surya Paloh sebagai gocekan khas Jokowi.
Apalagi, memurutnya Presiden Jokowi menggunakan istilah wajah Surya Paloh terlihat lebih cerah setelah bertemu Presiden PKS Sohibul Iman.
"Saya maknai bukan sebagai sindirian, tapi itu gocekan khas ala Pak Jokowi," kata Hasto Kristiyanto usai menghadiri HUT ke-55 Partai Golkar di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (6/11/2019) malam.
Menurut Hasto, candaan yang dilontarkan Presiden Jokowi saat memberikan sambutan merupakan hal biasa.
Hal itu dimaksudkan untuk memancing gelak tawa.
Baca: Pakar Gestur: Surya Paloh-Sohibul Iman Dua Orang yang Dipertemukan Karena Kecewa
"Ya itu biasa, supaya suasananya akrab dan kita lihat semuanya tertawa. Pak JK (Jusuf Kalla,red) juga kelihatan happy, semuanya kelihatan happy, ini ulang tahun nggak ada sindir-sindiran," ujar Hasto.
Lebih lanjut, mantan Sekretaris TKN ini menilai ucapan Presiden Jokowi bukan peringatan dari koalisi untuk Partai NasDem.
Ia menilai pertemuan NasDem dan PKS merupakan bentuk dialog politik.
"Tidak, kan Pak Surya Paloh menyatakan apa yang dilakukan adalah bagian dari dialog," kata Hasto.
Namun, di mata pengamat politik menilai bila pernyataan yang dilontarkan Jokowi bukan sebagai humor semata.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengingatkan Surya Paloh agar tak memandang remeh sindiran Jokowi.
"Surya Paloh nggak boleh dan nggak bisa memandang remeh sindiran Pak Jokowi. Karena Pak Jokowi jarang melakukan sindiran di depan umum seperti itu," ujar Hendri, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (7/11/2019).
Menurutnya, meski sindiran Jokowi terkesan seperti bercanda, tapi ada makna tersirat yang dilontarkan dari sindiran tersebut.
Baca: Surya Paloh Tak Anggap Sindiran Jokowi Sebagai Warning, Tapi . . .
Founder lembaga survei KedaiKOPI itu juga menilai sindiran Jokowi adalah upaya untuk meminta penjelasan terkait pertemuan Surya Paloh dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman beberapa waktu lalu.
"Jadi artinya Surya Paloh diminta menjelaskan dalam waktu dekat pada Pak Jokowi dan anggota koalisi yang lain juga, apa makna dan maksud dari kunjungan bertemu dengan PKS," kata dia.
Hendri menegaskan hal ini harus disikapi dengan benar dan baik oleh Surya Paloh.
Salah satunya merespon sindiran tersebut dengan hal yang konkrit dan nyata berupa penjelasan.
"Karena sindiran itu juga bermakna bahwa Jokowi tidak nyaman dengan manuver Surya Paloh, bahkan Jokowi spesifik menyoroti pelukan Surya Paloh ke Sohibul Iman," katanya.
Sementara itu, Pengamat politik, Emrus Sihombing, menangkap bila sindiran tersebut sebagai bentuk upaya Jokowi menyampaikan pesan bila Surya Paloh lebih dekat dengan Sohibul Iman dibanding dengannya.
"Dari sudut ucapan itu sama saja Pak Jokowi mengatakan sekarang Paloh lebih dekat, lebih hangat, dengan Sohibul dibanding dengan Jokowi selama ini," ujar Emrus, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (7/11/2019).
Ia mengatakan dari aspek sosiologis, jarak antara orang yang satu dengan yang lain semakin dekat seperti berpelukan tentu berbeda dengan yang berjarak lima hingga sepuluh meter.
Baca: Impian Besar Presiden Joko Widodo Bangun Ibu Kota Baru dengan Konsep Smart Metropolis
Menurutnya, relasi dan interaksi orang yang berpelukan tentu lebih dekat.
Sementara orang yang relasinya tak baik, maka saling sapa saja belum tentu mau.
Begitu melihat satu sama lain, biasanya akan ada tindakan sosial supaya pada akhirnya mereka tidak bertemu.
"Nah kalau ini kan mereka (Paloh dan Sohibul) berangkulan, sangat erat sekali. Pelukan itu pun saya lihat dari berbagai media sangatlah luar biasa," kata dia.
Sementara dari sisi psikologis, menurut Emrus pelukan erat Surya Paloh dan Sohibul Iman menunjukan adanya ikatan emosional lebih dekat.
"Biasanya itu terjadi karena di antara mereka terjadi sesuatu yang sifatnya saling menguntungkan satu dengan yang lain," katanya. (tribunnews.com/ fransiskus/ vincentius/seno)