Laporan Denis Destryawan dan Mohammad Yusuf
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Deddy Mizwar ke luar dari Partai Demokrat dan akan bergabung dengan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia besutan Anis Matta dan Fahri Hamzah. Deddy Mizwar hadir ke Silaturahmi Nasional Partai Gelora Indonesia di Hotel Park Regis Arion, Kemang, Jakarta Selatan.
Ia hadir di sela-sela kesibukannya shooting film Tanpa Nama Cinta. Deddy Mizwar hadir mengenakan atribut lengkap Partai Gelora. Yakni, dengan jaket, topi, dan gelang bertuliskan Gelora Indonesia.
Deddy Mizwar optimis dengan pilihannya bergabung dengan Partai Gelora. Ia melihat ada perubahan siklus 20 tahunan. Di mana sebuah partai politik, harus beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Sebab, jika tidak, kepercayaan masyarakat terhadap partai politik akan tergerus. Fenomena ini, menurut Deddy Mizwar sudah dapat terlihat pada Pemilihan Umum 2019. Di mana ada partai politik lama, dan baru, yang tidak lolos Parliamentary Threshold.
"Kalau kita tidak beradaptasi dengan cepat, dan tepat, maka arus gelombang itu akan menenggelamkan," ujar Deddy Mizwar saat ditemui khusus di Silaturahmi Nasional Partai Gelora Indonesia di Hotel Park Regis Arion, Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (9/11/2019).
Baca: Fahri Hamzah Dirikan Partai Gelora, Begini Tanggapan Petinggi Nasdem
Demiz sapaan akrab Deddy Mizwar memastikan telah menyampaikan surat mengundurkan diri ke Partai Demokrat. Berpindah partai, bagi pemeran Nagabonar ini, adalah hal yang biasa.
"Jadi masalah pindah partai, bukan masalah hal yang luar biasa. Biasa kan'. Dari Golkar bikin Partai NasDem, Hanura, itu hal yang biasa, bukan hal yang harus dihebohkan. Tapi semuanya kan' saudara kita. Semuanya dasarnya Undang-Undang Dasar 1945," tutur Deddy Mizwar.
Berikut petikan wawancara bersama dengan Deddy Mizwar:
Anda resmi bergabung dengan Partai Gelora?
Ya saya sebagai..ada 99 orang yang menandatangani sebagai deklarator. Ada inisiator 11 orang. Kemudian, setelah ini ada penjelasan dari ketua yang ditunjuk oleh inisiator untuk memimpin sampai nanti ADRT.
Kemudian saya kira setelah ini, secara administratif bagaimana keanggotaan segala macam. Sekarang baru tandatangan akte. Formulir keanggotaan dari mana kan' susah juga. Nanti akan diurus oleh ketua yang ditunjuk oleh inisiator untuk pertama kalinya.
Anda sebagai pendiri partai? Posisi Anda dalam struktur partai?
Bukan bicara posisi, yang terpenting mendukung sebuah arah baru, gelombang baru, paradigma baru, dari partai yang sebetulnya..bagaimana sih? Apa sih yang dibutuhkan oleh rakyat? Harapan rakyat ke sebuah partai? Panjang lah diskusinya ini, karena sekarang ada arus perubahan 20 tahunan ya.
Kaum menengah yang semakin luas, ada paradigma baru yang harus dibangun. Untuk menuju harapan-harapan mereka terhadap sebuah partai. Jadi bukan hanya mengeksploitasi masyarakat untuk kepentingan partai, tapi partai yang harus memperjuangkan kepentingan rakyatnya.
Saya kira ini perlu disadari. Ada perubahan-perubahan siklus 20 tahunan, yang kalau kita tidak beradaptasi dengan cepat, dan tepat, maka arus gelombang itu akan menenggelamkan. Sudah banyak terjadi.
Baca: Alasan Deddy Mizwar Gabung Dengan Partai Gelora Besutan Fahri Hamzah
Oleh karena itu, saya mendukung sebuah visi dan misi arah baru ini yang memang dibutuhkan oleh bangsa ini ke depan. Oleh masyarakat kita. Mudah-mudahan konsisten. Persoalannya kan' konsistensi. He-he, arahnya betul, konsistensinya. Saya kira ini perlu kita kawal. Jadi masalah pindah partai, bukan masalah hal yang luar biasa. Biasa kan'.
Dari Golkar bikin Partai NasDem, Hanura, itu hal yang biasa, bukan hal yang harus dihebohkan. Tapi semuanya kan' saudara kita. Semuanya dasarnya Undang-Undang Dasar 1945.
Tapi bagaimana kinerja-kinerjanya yang bisa langsung mewakili, dan untuk kepentingan rakyat. Implementasinya yang harus di aktualisasi.
Inisiator itu ketua umum?
Inisiator, bukan deklarator. Pertama kalinya menunjuk ketua. Nanti. Kita belum tahu. Karena bukan posisi saya di mana, tidak penting itu, tapi yang jelas partai baru ini, membawa arah baru, dan kita lakukan perjalanan baru mencapai visi tersebut. Itu yang penting. Kebersamaan itu yang penting. Bukan masalah jadi apa.
Partai Gelora dasarnya agamis atau nasionalis?
Saya kira semuanya, dua-duanya. Kalau cuma itu, ceruknya sama. Tidak berubah. Harusnya lebih luas. Karena kaum menengah kita semakin besar, yang juga pemikiran soal demokrasi semakin tajam. Dan partisipasi mereka di bidang politik juga semakin tinggi. Jadi saya kira arah itu akan disampaikan oleh ketua yang terpilih nanti.
Awal mula Partai Gelora?
Partai Gelora Indonesia ini, dimulai sebelum ada Garbi. Muncul Garbi, saya ketemu dengan Pak Anis Matta, Pak Fachri Hamzah, dan teman-teman di dalam suatu penggagas, inisiator. Kira-kira ke mana. Bukan tiba-tiba, sekonyong-konyong ini.
Memang perlu lahirnya sebuah partai baru, yang memiliki visi baru, yang paradigmanya juga berbeda karena ada perubahan yang cukup signifikan di siklus 20 tahunan sejak 1998 sampai sekarang 2019.
Diskusi pembentukan Partai Gelora itu sudah lama?
Oh iya, sudah lama banget. Ini lahir karena adanya perubahan, penelitian tentang perubahan apa yang terjadi di masyarakat. Kita perlu tidak membentuk partai baru. Karena tidak gampang kan bikin partai. Banyak muncul dan tenggelam.
Baca: Keluar dari Demokrat & Gabung Partai Gelora, Deddy Mizwar: Gelora Bisa Lihat Perubahan di Masyarakat
Karena kemarin banyak juga partai baru, yang tidak lolos parliamentary threshold. Karena ada perubahan yang tidak diantisipasi. Setiap perubahan harus ditangkap.
Perubahan ke arah mana. Apa harapan dari masyarakat. Jangan sampai titik nadir, masyarakat kecewa terhadap kehadiran partai. Mereka punya harapan, karena kelompok menengah yang semakin luas, mereka punya partisipasi. Ini paradigma yang segera direaktualisasi.
Apa perubahan yang paling mendasar?
Nah ini panjang penjelasannya, nanti saja. Biar ketua yang menjelaskan.
Siapa yang memberikan nama Partai Gelora?
Rembukan dari inisiator, tadinya Garbi. Apakah Garbi jadi partainya Garbi, ataukah Garbi dari organisasi masyarakat jadi partai baru yang bernama lain. Jadi memang panjang ini cerita bukan sebentar. Bahkan jauh sebelum pemilihan presiden. Sejak 2017an. Yang intens 2018. Inisiator itu 11 orang. Kalau saya kan' cuma memahami ke mana arahnya.
Tokoh-tokoh dari partai politik lain?
Banyak. Cuma tidak harus datang pada hari ini.
Dari Demokrat?
Banyak juga dari Demokrat. Dari partai lain juga banyak. Yang memiliki kesadaran bahwa memang ada paradigma baru yang harus diantisipasi. Kalau tidak akan ditenggelamkan oleh arus baru tadi. Banyak contohnya saat ini, di dunia industri apapun. Misal Nokia tenggelam. Partai-partai lama pun juga suram.
Ada yang terlempar. Karena ada perubahan yang tidak disadari. Dan gelombang ini akan menenggelamkan bagi mereka yang tidak cepat beradaptasi dengan cepat dan tepat. Kayak orang bener ye gue ngomong ye he-he.
Baca: Pindahnya Deddy Mizwar ke Partai Gelora, Demokrat: Semoga Diterima dengan Tangan Terbuka
Anda sendiri kenapa memilih Partai Gelora tidak partai politik besar lain, seperti PDI Perjuangan, Gerindra, Golkar, dan lain-lain?
Karena itu tadi, memang ini mengantisipasi perubahan tadi. Kemudian juga bagaimana mengaktualisasi partai untuk masyarakat apa sih manfaatnya sekarang. Jangan-jangan sekarang sudah sampai titik nadir orang tidak percaya lagi pada partai. Melihat peristiwa tadi sangat keras antara 1 dan 2, sekarang tiba-tiba gabung kan'.
Orang-orang pasti bingung. Masih banyak yang baper, segala macam. Ada perubahan paradigma-paradigma tadi. Manfaatnya partai sekarang apa buat kita? Ini yang harus kita lihat, apa yang dirasakan masyarakat dengan hadirnya Gelora Indonesia.
Artinya partai-partai yang sudah ada saat ini, tidak bisa mengakomodir harapan masyarakat?
Belum tentu. Kalau cepat beradaptasi dengan perubahan, dia akan bisa bertahan. Kalau tidak akan tenggelam. Kita lihat contoh, partai politik yang didukung oleh media massa yang sangat kuat, ya juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena paradigma yang tidak berubah dari sebuah partai, hanya untuk kepentingan eksploitasi rakyat bagi kepentingannya. Kurang lebih seperti itu.
Termasuk partai Anda yang dilepas sebelum masuk ke Partai Gelora?
Ya, barangkali salah satunya. Kita tidak bisa menuding ya. Karena kelihatan juga penurunan yang signifikan. Dari partai pemenang sampai turun sekali. Ini kan' ada perubahan, dan tidak ada partai yang mencapai 20 persen.
Yang ada malah, yang tadinya masuk parlemen, sekarang ke luar. Yang baru tidak bisa masuk parlemen, tetapi tidak satu pun yang melebihi 20 persen. Ada apa ini sebetulnya.
Sebagai partai baru, tentunya tugasnya akan lebih berat. Bagaimana ke depan?
Pasti lebih berat. Tapi kalau kita memahami apa harapan masyarakat saat ini. Perubahan yang kita alami, mungkin akan lebih tepat. Bisa jauh lebih besar, dibandingkan kita pakai paradigma lama. Karena itu kita harus bisa menampung itu semua. Arah baru itu.
Target Partai Gelora sendiri seperti apa?
Kalau itu bisa tanya ke Pak Ketua. Kalau saya dengan kemarin, 2020 sudah bisa masuk calon-calon dari kader kita, bisa masuk Pilkada mungkin dengan partai lain. Bisa terjadi seperti itu. Ini kan' masalah trust dari masyarakat. Maka penting paradigma apa yang kita ubah untuk kepentingan masyarakat.
Bukan masyarakat kita eksploitasi untuk kepentingan elite politik. Kekecewaan-kekecewaan pasti terjadi di masyarakat. Dan mungkin semarang sampai ke titik nadir.
Ada rencana Partai Gelora berkomunikasi dengan pemerintah? Bergabung dan mendukung pemerintah?
Ya jelas harus lah. Kita harus memperkuat dalam arti bikin gonjang-ganjing yang tidak produktif. Kasihan masyarakat. Kan' kita untuk kepentingan masyarakat yang lebih banyak. Untuk apa kita gonjang-ganjing justru merusak stabilitas. Malah mengganggu pertumbuhan ekonomi, kemudian membuat resah orang.
Kan' tidak ada gunanya juga. Tapi bantuan seperti apa yang bisa mendorong, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang lebih baik, keamanan, kenyamanan.
Baca: Gabung Partai Gelora, Deddy Mizwar Bantah Mundur dari Demokrat Diam-diam
Dan yang lebih penting adalah masyarakat banyak merasa terakomodir kepentingannya untuk kembali buat kepentingan masyarakat lemah dan banyak. Karena di sana piramidnya. Kelompok menengah ini semakin besar saat ini. Dan mereka mau berpartisipasi.
Dan mereka sudah mapan, dan tidak perlu lagi buat kepentingan dirinya. Itu sudah semakin besar. Saya kira ini yang perlu diantisipasi. Mereka punya aspirasi. Mereka sudah mau terjun ke politik, berbicara politik.
Anda melihat bergabungnya Gerindra atau Prabowo berkoalisi dengan Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin seperti apa?
Kita kan' selesai. Tiba-tiba menjadi bingung kan', gamang, ada yang masih baper masyarakatnya. Ini kan' paradigma-paradigma yang mesti kita tinggalkan. Kalau kita sudah duga akan masuk Gerindra ini. Tapi tidak menyangka Pak Prabowo sendiri ha-ha. Kemungkinan 2024 PDI Perjuangan dengan Gerindra berkoalisi.
Termasuk Partai Gelora?
Kita belum tahu. Karena kita lagi..mungkin sendiri kalau tidak ada President Threshold. Ha-ha. Kita tidak tahu apa yang terjadi. Tapi yang terpenting adalah kepentingan masyarakat tadi tidak kita manipulir, hanya dengan mengeksploitasi mereka.
Anda sudah selesai. Dan clear ke luar dari Partai Demokrat?
Yang penting sudah sampaikan surat. Pak Syarief Hasan juga bilang, tidak ada yang berlarut-larut dalam proses pengunduran diri seseorang. Sebagai anggota ya. Tidak ada. Pasti dikabulkan. Karena ada hak politik yang harus dihormati.
Saya kira Demokrat sudah dewasalah. Namanya saja Partai Demokrat. Sudah sangat dewasa. Dan tidak hanya sekali, saya kira wajar-wajar saja. Kenapa saya diributkan.
Tanggapan dari Demokrat?
Tidak ada masalah apa-apa.
Baca: Andi Arief Sindir Partai Gelora Besutan Fahri Hamzah: Gelanggang Orang Rapuh
Andi Arief berbicara agak keras mengenai itu?
Ya pendapat-pendapat itu kan' biasa. Jangan baper lah kita. Andi Arief bisa benar, bisa juga keliru. Sama seperti saya, bisa saja benar, bisa saja keliru. Jangan ditanggapi berlebihan. Sahabat-sahabat kita juga mereka.
Andi Arief bisa saja berbeda dengan Ferdinand Hutahaean. Itu lah demokrasi. Mereka saling menghargai juga. Kita juga harus menghargai karena mereka berbeda pendapat. Karena kita bukan pemilik kebenaran. Kita hanya berupaya untuk menjadi benar. Jadi berfilsafat.
Anda sendiri saat ini sedang sibuk apa?
Makanya saya besok tidak bisa datang ke acara Partai Gelora, karena saya ada shooting (film). Tadi ada shooting pertama, besok shooting hari kedua. Shooting film.
Anda masih aktif di dunia film?
Ya iyalah, wong mata pencaharian gua itu. Ngerampok tidak bisa. Tidak berani ngerampok. Film Tanpa Kata Cinta.
Selain film?
Ya film saja, ada juga untuk shooting sinetron Ramadhan. Tapi kita banyak di film sekarang. Ada enam film sedang kita siapkan.
Anda sebelumnya sebagai tim sukses pasangan Jokowi-Ma'ruf. Ada kekecewaan tidak mendapat posisi di jabatan tertentu?
Memang bantu orang, berharap jabatan. Saya ini kebetulan, Alhamdulillah Allah berikan sesuatu yang tidak orang lain miliki. Spesial. Saya bisa jadi presiden sekarang. Enam bulan, saya tinggal bikin film jadi preside. Ha-ha.
Di film Nagabonar, dipanggil jadi Jenderal. Bikin film Para Pencari Tuhan, dipanggil Pak Haji. Ya bisa jadi apa saja. Belajar lah kita melakukan sesuatu karena memang demi kebaikan, kemaslahatan, bukan tujuan kita untuk jabatan. Sementara saya bisa jadi apa saja. Jadi malaikat saja bisa kok. Apalagi jadi presiden.
Tinggal bikin filmnya, ha-ha. Cuma presiden, cuma menteri. Kita tidak tahu perjalanan hidup kita. Yang penting kita mensyukuri, yang sudah diberikan.
Dan upayakan yang sudah diberikan ini, dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Buat orang banyak. Itu saja. Baik partai ini kah, baik pengetahuan kita. Tidak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah.
Caranya macem-macem, tidak hanya kiai saja. Kalau kamu Ilmuwan, manfaatkan ilmu kamu untuk masyarakat. Kalau Wartawan, manfaatkan untuk masyarakat. Jangan-jangan cuma bikin berantem saja, masuk neraka nanti.
Baca: Intip Perbandingan Harta Fahri Hamzah & Anis Matta yang Bakal Pimpin Partai Gelora, Dulu dari PKS
Ha-ha. Hanya sensasi, yang penting dibaca orang banyak. Tapi dampaknya masyarakat jadi terpecah, masyarakat jadi memupuk kebencian yang terakumulasi. Ujungnya neraka tuh. Kalau belum taubat. Kayak orang bener ye, ha-ha.