TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora) Fahri Hamzah, menjelaskan alasan dibentuknya partai tersebut.
Fahri Hamzah mengatakan berdirinya Partai Gelora tidak lepas dari sejarah bangsa Indonesia yang selalu menginginkan jawaban atas ketidakpastian kondisi negara.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal Youtube KompasTv, Senin (12/11/2019), mulanya Fahri Hamzah menjawab pertanyaan dari host "SAPA INDONESIA PAGI" soal bibit munculnya partai Gelora.
Bayu Sutiono mempertanyakan kenapa partai Gelora tidak meneruskan ormas Garbi yang dulu pernah dibentuknya.
"Kenapa waktu menjadi partai tidak seperti ormasnya saja Garbi," ucap Bayu.
Bayu mengatakan Garbi saat itu sudah cukup dikenal dan juga lahir dari pemikiran Fahri Hamzah.
"Karena waktu itu kita sudah cukup mengenal, itu juga lahir dari gagasan seorang Fahri Hamzah," jelas Bayu.
Fahri Hamzah kemudian mengatakan partai itu lahir dari akumulasi permikiran yang berkembang antar orang.
Kemudian pemikiran tersebut didiskusikan secara luas dan melibatkan banyak orang.
"Pada dasarnya partai dan gerakan atau ormas itu lahir dari akumulasi pikiran yang berkembang di antara kita dan kita diskusikan secara luas bersama teman-teman," jelas Fahri Hamzah.
Mantan Wakil Ketua DPR tersebut kemudian mengatakan untuk melahirkan sebuah partai politik, diperlukan perumusan dan riset yang lebih spesifik dibandingkan ormas dan gerakan.
"Tapi kemudian kita memerlukan satu perumusan yang spesifik tentang partai politik," kata Fahri.
"Karena itulah kita membuat riset dan mengembangkan narasi yang lebih kuat, lebih operasional, lebih solid," tambahnya.
• Rangkul Eks Elite PKS dan Bentuk Partai Gelora, Fahri Hamzah Buka Suara soal Alasan Perpecahan PKS
Setelah perumusan dan riset berlanjut, barulah lahir nama Gelombang Rakyat Indonesia.
"Ketemulah nama Gelombang Rakyat Indonesia," kata Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah juga menjelaskan nama Gelombang Rakyat Indonesia juga bersumber dari tulisan Anis Matta dalam bukunya yang membahas gelombang-gelombang sejarah bangsa Indonesia.
"Dan itu sekali lagi juga bersumber, nanti ada bukunya Pak Anis tentang gelombang-gelombang sejarah bangsa Indonesia," tutur Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah dan partai Gelora meyakini bangsa Indonesia selalu ingin mencari tahu dan menemukan jawaban atas kegelisahan mereka.
Dan disetiap kegelisahan itu lahirlah gelombang-gelombang sejarah yang menjadi jawaban atas kegelisahan masyarakat.
"Jadi kita punya keyakinan bahwa bangsa Indonesia selalu ingin menemukan jawaban atas kegelisahan masifnya, dan itu lahir bersama gelombang-gelombang sejarah," papar Fahri Hamzah.
Ia kemudian lanjut mencontohkan gelombang-gelombang di Indonesia.
"Ada gelombang formasi kebangsaan kita, ada gelombang membentuk negara modern," tutur Fahri Hamzah.
Kemudian Fahri Hamzah mengatakan setelah 20 tahun reformasi, ada hal yang menjadi kegelisahan bangsa Indonesia.
Kegelisahan tersebut berasal dari pertanyaan bagaimana cara Indonesia bisa menjadi negara yang memiliki kedudukan tinggi di dunia internasional.
"Dan ini ada kegelisahan baru setelah 20 tahun reformasi, kita perlu menemukan jawaban bagaimana mengangkat dan membawa Indonesia terbang tinggi," kata Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah mengatakan pertanyaan itulah yang akan dijawab oleh partai Gelora, bagaimana mengangkat Indonesia menjadi lebih tinggi.
"Itu tantangan yang harus kita jawab," kata Fahri Hamzah.
• Daftar Mantan Elite Parpol yang Masuk Partai Gelora, Anis Matta, Fahri Hamzah, hingga Deddy Mizwar
Video dapat dilihat mulai menit 4.30
Fahri Hamzah Sindir Mantan Partai
Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora) Fahri Hamzah akui dirinya kecewa partai lama tempatnya bernaung tidak menyediakan tempat untuk berdialog antara kader dan pimpinan partai.
Mantan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut mengatakan sebagai partai politik, PKS tidak menyediakan tempat berdialog antara kader dan pimpinan partai.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal Youtube KompasTv, Senin (12/11/2019), Fahri Hamzah mulanya menanggapi pertanyaan host "SAPA INDONESIA PAGI" soal terbentuknya partai Gelora.
Bayu Sutiono menanyakan Fahri Hamzah apakah partai Gelora terbentuk karena memang sudah direncanakan sejak awal atau terbentuk karena adanya kekecewaan terhadap PKS.
Fahri Hamzah kemudian mengakui dirinya susah untuk membangun dialog di PKS.
"Kita di PKS itu susah membangun dialog," kata Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah mengeluhkan dirinya tidak boleh mempertanyakan keputusan-keputusan yang dilakukan oleh pimpinan partai.
"Banyak hal yang dilakukan pimpinan, tidak boleh dipertanyakan," lanjut Fahri Hamzah.
Mantan Wakil Ketua DPR tersebut mengatakan dirinya menghadapi permasalahan tersebut hingga akhirnya dirinya dipecat dari PKS tanpa adanya satu alasan yang jelas.
"Sampai saya kemudian menghadapinya, direkayasa dalam satu pemecatan yang tidak ada dasarnya," tutur Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah menyamakan PKS seperti sebuah mesin, di mana tidak terjadi dialog antara kader dan elite partai.
"Tapi begitulah partai seperti mesin, tidak ada dialog," jelas Fahri Hamzah.
Masalah pemecatan, Fahri Hamzah mengatakan dirinya bukanlah satu-satunya orang yang mengalaminya.
Ia mengatakan banyak teman-temannya di PKS yang mengalami hal yang sama.
"Sebenarnya yang mengalami seperti itu banyak sekali, termasuk penyingkiran Anis dan banyak sekali kawan-kawan," kata Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah kembali menekankan soal PKS susah diajak berdialog.
"Susah diajak dialog," kata Fahri Hamzah.
• Bentuk Partai Gelora Bersama Fahri Hamzah, Anis Matta Singgung Konflik di Internal PKS
Ketika sudah ada indikasi akan terjadi dialog, Fahri Hamzah menjelaskan selalu ada perasaan tentang partai selalu benar dan kader harus ikut apa kata partai.
"Kalau sudah terdorong mengajak dialog, selalu ada perasaan bahwa partai itu superior, kader itu tidak ada apa-apanya," lanjut Fahri Hamzah.
Tidak adanya komunikasi antara partai dan kadernya, menurut Fahri Hamzah hal tersebut sudah melenceng dari inti bernegara dan berdemokrasi.
Karena dalam demokrasi setiap orang berhak menyampaikan pendapatnya.
"Kader harus ikut. Yang seperti itu (tidak ada komunikasi antara partai dan kader) keluar dari tradisi bernegara dan tradisi berdemokrasi," jelas Fahri Hamzah.
Video selengkapnya dapat dilihat mulai menit 0.50
(TribunWow.com/Anung Malik)