Lanjut Stanislaus, kelompok-kelompok radikal saat ini menebar jaring menggunakan konten radikal di media sosial.
Kemudian mereka akan menunggu individu-individu yang mulai tertarik dengan konten tersebut.
Baca: Tata Cara Pendaftaran dan Pelaksanaan Ujian Seleksi CPNS 2019 Pemerintah Kota Bogor
"Kelompok teroris melemparkan konten-kontennya dalam media sosial secara mereka acak," kata Stanislaus
"Ketika ada anak muda yang merespon, akan memberikan respon balik oleh penebar konten," lanjutnya.
Menurut Stanislaus, perkembangan dunia maya yang pesat menjadi penyebab kenaikan secara signifikan radikalisme di kalangan anak muda.
Stanislaus menilai tidak adanya langkah serius dari pemerintah dalam mecegah tersebaranya konten radikal di media sosial.
"Kita blokir satu muncul seribu, sangat mudah mucul," tegasnya.
Adanya ketidak pedulian dari orangtua dalam pengawasan kepada anak ketika mengkonsumsi informasi di media sosial juga memperparah kondisi ini.
"Orangtua juga tidak peduli, sangat cepat tersebarnya,"
"Ketika anaknya jadi teroris, orangtua akan kaget, biasanya seperi itu," tutup Stanislaus.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)