TRIBUNNEWS.COM - Peneliti Alpha Research Database Indonesia, Ferdy Hasiman ikut menyoroti terkait alasan sejumlah pihak yang meragukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang akan memimpin PT. Pertamina.
Hal ini Ferdy sampaikan dalam program Kompas Petang yang dilansir YouTube KompasTV, Minggu (24/11/2019).
Ferdy berpendapat keraguan yang disampaikan beberapa pihak terkait Ahok yang bukan berasal dari internal Pertamina merupakan sebuah argumen yang sangat rapuh.
"Kalau argumentasinya bahwa Ahok tidak bisa menjadi Komisaris Utama atau Direktur Pertamina karena dia tidak punya pengalaman di korporasi atau karena dia bukan orang internal pertamina, menurut saya argumen ini sangat rapuh," ujar Ferdy.
Menurutnya memiliki latar belakang korporasi atau internal Pertamina tidak menjamin kesuksesan seseorang dalam mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia ini.
"Karena tidak ada jaminannya direktur atau komisaris utama yang berlatar belakang korporasi atau internal Pertamina bisa sukses mengolah bisnis di pertamina," imbuhnya.
Ferdy juga menyinggung para pemimpin berlatar belakang internal Pertamina yang akhirnya tersandung kasus korupsi.
"Banyak bukti sebenarnya dapat ditunjukan sejak zaman SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), Direktur Pertamina dipimpin oleh internal Pertamina Ari Soemarno lalu Ari diganti oleh Ibu Karen yang kemudian terlibat kasus korupsi yang merugikan negara," ujar Ferdy.
Diketahui Ari Soemarno merupakan orang lama di Pertamina, sedangkan Keren Agustiawan adalah mantan Direktur Utama PT. Pertamina yang tersandung kasus korupsi investasi BUMN di Blok Basker Manta Gummy (BMG) Australia tahun 2009.
Melihat kejadian tersebut, Ferdy menuturkan memiliki latar belakang korporasi atau internal Pertamina bukanlah suatu yang penting untuk memimpin perusahaan berpelat merah ini.
Menurutnya yang terpenting sekarang ialah jiwa leadershipnya untuk membawa Pertamina bersaing dengan perusahaan global.
"Yang paling penting adalah leadership seorang Ahok dan bagaimana dia menularkan virus-virus kebaikan lalu mengaktualisasikan pengetahuan dia di Pertamina," tutur Ferdy.
"Supaya Pertamina bisa dibikin sebagai perusahan yang dapat bersaing dengan perusahaan global lainnya," imbuhnya.
Di sisi lain, Ferdy mengatakan penunjukan Menteri BUMN Erick Thohir terhadap mantan Gubernur Jakarta ke-8 sebagai Komisaris Utama Pertamina merupakan langkah yang tepat.
Ahok dinilai sebagai figur pendobrak yang bersih dan berintegritas.
“Ahok adalah pendobrak dia orang bersih punya integritas berani, teliti dan sangat detail, sehingga untuk pengolahan bisnis di Pertamina ini sangat cocok dari tipe pendobrak ini sangat cocok,” ungkapnya.
Terkait rekam jejak, Ferdy menyebut kepemimpinan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012-2014 dapat menjadi modal utama memimpin Pertamina nanti.
Ahok dinilai sudah berhasil dalam memimpin Ibu Kota Indonesia tersebut.
"Kalo saya ingin melihat lebih dalam, Ahok sudah berhasil memimpin Jakarta yang merupakan kota sangat besar dan juga merupakan miniatur Indonesia, dia membuat sistem yang sangat bagus di DKI Jakarta melalui e-budgeting," ujar Ferdy
"Saya kira ini adalah modal besar bagi Ahok untuk dapat memimpin Pertamina kedepannya walaupun dia sebatas komisaris," tambahnya.
Sebelumnya Erick Thohir telah mengumumkan terkait jabatan Ahok di Pertamina yakni sebagai komisaris utama pada Jumat (22/11/2019) di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Ahok nantinya akan didampingi Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin yang ditunjuk Erick sebagai wakil komisaris utama di Pertamina.
Dalam kesempatan tersebut, Erick juga menuturkan sebagai Komisaris Utama Pertamina Ahok diharuskan untuk mundur sebagai kader PDI-P.
Sementara terkait pelantikan Ahok, Erick menyebut segera mungkin akan diproses.
Di sisi lain, penunjukan Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina masih mendapatkan penolakan dari sejumlah pihak.
Menanggapi hal tersebut Menteri BUMN ini tidak ambil pusing.
Ia hanya mengimbau bagi pihak yang meragukan bahkan menolak Ahok jangan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Berikanlah Ahok waktu untuk membuktikan dirinya apakah sanggup atau tidak menjadi komisaris di BUMN.
"Kasih kesempatan Ahok untuk bekerja dan lihat hasilnya dulu," ujar Erick.
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma)