TRIBUNNEWS.COM, DELISERDANG - Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang pertumbuhan penduduknya cukup pesat dari tahun ke tahun. Populasi manusia yang terus naik ini juga berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan airnya.
Meningkatnya angka pertumbuhan penduduk tersebut juga turut menuntut pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana diberbagai bidang, khususnya sumber daya air.
Bukan hanya itu, perubahan iklim juga menjadi tantangan dalam penyediaan air baku, panjangnya musim kemarau mengakibatkan kekeringan, dan meningkatnya intensitas hujan dan permukaan air laut yang berdampak pada banjir.
Adapun tantangan lainnya adalah degradasi daerah aliran sungai di daerah hulu, menurunnya debit pada sumber air dan tinggi laju sedimentasi pada tampungan-tampungan air seperti waduk, embung, danau, dan situ. Di samping itu, kualitas air juga semakin turun akibat tingginya tingkat pencemaran pada sungai dan sumber-sumber air lainnya.
Berbagai tantangan ini menuntut Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk terus meningkatkan program pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur bidang sumber daya air yang berkelanjutan. Berbagai program ini dikerjakan serius oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) yang merupakan perpanjangan tangan Ditjen SDA di seluruh daerah di Indonesia.
Demikian pula dengan BWS Sumatera II yang sedang menghadapi tantangan dalam penyediaan kebutuhan air baku baik untuk irigasi dan air minum, juga pemeliharaan infrastruktur sumber daya air untuk sungai dan pantai.
Medan, adalah salah satu kota yang sarat akan nilai budaya, juga kuliner yang begitu menggoda, bahkan duriannya sudah melegenda. Namun, salah satu kota terbesar di Indonesia ini masih sering dilanda banjir.
Untuk meminimalisir bencana ini, salah satu solusi yang disiapkan oleh Ditjen SDA adalah membangun Bendungan Lausimeme yang berlokasi di Desa Kuala Dekah, Kecamatan Sibiru-biru Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Bendungan ini merupakan alternatif untuk mengatasi permasalahan banjir di Kabupaten Deli Serdang yang terjadi akibat besarnya debit banjir Sungai Percut dan Sungai Deli.
Selain itu, bendungan dengan tipe inti tanah urugan batu yang memiliki tinggi puncak bendungan 77 meter dengan volume tampungan efektif airnya sebesar 16,67 juta meter kubik tersebut memiliki nilai strategis karena dapat mereduksi banjir sebesar 68,17 meter kubik per detik sehingga diharapkan bisa mengatasi permasalahan banjir di Kota Medan dengan kala ulang 40 tahunan.
Selain untuk mereduksi bencana banjir yang sering terjadi, tentu saja manfaat penting dari tampungan air tersebut untuk memenuhi kebutuhan air baku masyarakat. Luas genangan waduk (tampungan) yang mencapai kurang lebih 153 hektar ini akan menyediakan air baku sebesar 3.000 liter per detik.
Ini bisa membantu kebutuhan masyarakat yang ada di Kabupaten Deli Serdang dan sekitarnya.
Kini, progres pembangunan fisik Bendungan Lausimeme sudah mencapai angka 13%, dan ditargetkan selesai pada tahun 2022. Apabila selesai nanti, Bendungan Lausimeme juga berfungsi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 2,8 Megawatt, dan bisa menjadi kawasan wisata baru di Deli Serdang yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.(*)