Abdul juga turut memberi saran agar nama Reuni Akbar 212 tersebut diubah menjadi tausiyah, jika memang acara tersebut kegiatannya adalah silaturahmi
"Kalau silaturahmi, tausiyah aja namanya, supaya kita ini rukun," jelasnya.
Sebelumnya, Ketua Steering Commitee Panitia Reuni 212 Yusuf Martak menyampaikan bahwa Reuni Akbar 212 adalah kegiatan silaturahmi.
Yusuf menyampaikan, karena menjadi tempat silaturahmi, Reuni Akbar 212 akan diisi dengan tausiyah, lantunan ayat suci Al-Qur'an, doa, dan dzikir.
"Karena di sini tempat orang bersilaturahmi, mendengarkan tausiyah, mendengarkan lantunan-lantunan ayat suci Al-Qur'an, dan doa, dzikir dan lain sebagainya," ujar Yusuf.
Yusuf mengatakan, kegiatan silaturahmi tersebut tidak hanya mengundang umat Islam saja, menurutnya acara tersebut terbuka bagi umum.
"Ini tidak hanya khusus untuk umat Islam, silakan siapapun hadir, dari agama lain kita senang sekali," katanya.
Namun, Yusuf menegaskan tidak mengundang perwakilan dari partai politik tertentu.
"Sangat terbuka, namun kita tidak mengundang orang-orang partai politik, partai khusus," ucapnya.
Yusuf juga menyampaikan, Reuni Akbar 212 pada 2019 ini bukan sebagai aksi untuk menjerat penista agama seperti pada 2016 lalu.
"Pada 2016 namanya aksi, kita berjuang agar penista ini dijerat hukum, saat itu berbeli-belit tidak ada ujungnya," ujarnya.
"Di tahun 2017 dan 2018 kita mengadakan reuni, tapi pada saat itu ada proses pilpres, maka yang hadir adalah dari calon presiden 02, dan partai pendukung koalisinya," lanjut Yusuf.
Yusuf menegaskan, tidak ada salahnya jika tahun ini PA 212 kembali menggelar reuni.
Ia berujar tidak menutup kemungkinan jika di tahun berikutnya juga akan digelar reuni kembali.
"Jadi di 2019, 2020 dan seterusnya, yang namanya reuni tidak salah kita adakan," tegasnya.
(Tribunnews.com/Nuryanti)