TRIBUNNEWS.COM - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo mengumumkan pengunduran dirinya sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar.
Pengumuman Bambang Soesatyo itu disampaikan sebelum terselenggara Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar pada Selasa (3/12/2019).
Bamsoet mengaku sulit untuk mengambil keputusan pengunduran dirinya itu.
Ia menyebut keputusannya itu demi persatuan dan kesatuan Partai Golkar.
"Berat bagi saya untuk ambil keputusan, tapi demi persatuan dan kesatuan partai Golkar, saya harus ambil keputusan pahit ini," ujar Bambang Soesatyo, dikutip dari YouTube Kompas TV, Selasa (3/12/2019).
Sebelum mengambil keputusan tersebut, Bamsoet mengaku telah berbicara dengan para seniornya.
Bamsoet berharap keputusannya itu menciptakan suasana damai dan aman dalam Partai Golkar.
"Inilah cara kami, cara senior-senior kami, menyelesaikan masalah di Partai Golkar dengan damai dan aman," jelasnya.
"Pagi, saya berkonsultasi dengan Pak Ponco, saya laporkan situasi dan kondisi yang ada," lanjut Bamsoet.
Menurutnya, keputusan yang ia ambil bersama para senior itu merupakan sebuah keistimewaan dari Partai Golkar.
"Itulah salah satu keistimewaan yang ada di Partai Golkar, bahwa kami satu sama lain saling memahami," ungkapnya.
Bambang Soesatyo kemudian menyampaikan 5 poin, yang melatarbelakanginya untuk mengundurkan diri dalam pencalonan Ketua Umum Partai Golkar.
Poin yang disampaikan oleh Bambang Soesatyo yaitu:
1. Mencermati situasi atau perkembangan Partai Golkar menjelang Munas yang semakin panas.
2. Situasi nasional yang memerlukan situasi politik yang kondusif.
3. Menjaga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, dari berbagai serangan dan ancaman ekonomi global.
4. Nasihat dari para senior.
5. Semangat rekonsiliasi yang telah disepakati bersama, antara tim Bambang Soesatyo dan tim Airlangga Hartarto.
Dari kelima yang disampaikan oleh Bamsoet tersebut, akhirnya menggiringnya untuk tak melanjutkan pencalonan Ketua Umum Partai Golkar.
"Maka saya mengambil keputusan untuk tidak meneruskan pencalonan saya sebagai kandidat Ketua Umum Partai Golkar periode 2019-2024," ungkapnya.
Diketahui, saat ini Airlangga Hartarto menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Perekonomian.
Sehingga dalam rekonsiliasinya dengan Airlangga, Bamsoet berujar ingin membenahi ekonomi Indonesia untuk menghadapi tantangan ke depan.
"Agar situasi Partai Golkar yang saat ini dianggap oleh negara, untuk membenahi di bidang ekonomi bisa sukses, dan bisa menghadapi tantangan ekonomi ke depan," katanya.
"Itulah pengorbanan saya untuk menjaga keutuhan kita, dan menjaga komitmen Partai Golkar kepada negara, di pemerintahan Jokowi - Ma'ruf Amin," lanjut Bambang Soesatyo.
Keputusan Bambang Soesatyo itu mengejutkan banyak pihak, mengingat sebelumnya ia sudah mengembalikan formulir pendaftaran calon Ketua Umum Partai Golkar, Senin (2/12/2019).
Saat mengembalikan formulir sebelumnya, Bambang berharap dengan keikutsertaannya menjadi calon ketua umum, Partai Golkar bisa menjadi lebih baik.
Selain itu ia juga berharap Partai Golkar bisa berkembang dalam tata kelola partainya.
"Tentu dengan suatu tekad, agar partai yang kami cintai ini, ke depan bisa jauh lebih baik, dan tata kelola partai juga bisa lebih baik," ujar Bambang Soesatyo di Kantor DPP Partai Golkar, Senin (2/12/2019), dikutip dari YouTube Kompas TV.
Bambang mengaku tak mudah untuk mendaftar calon Ketua Umum Partai Golkar.
Ia mengatakan, untuk membesarkan Partai Golkar, ada dua tokoh senior yang perlu dijadikan contoh.
Dua tokoh yang dimaksud oleh Bambang tersebut yaitu Akbar Tandjung dan Aburizal Bakrie.
Ia mencontohkan, selama masa Aburizal Bakrie menjadi ketua umum, dana pembinaan untuk DPP I dan II selalu disiapkan oleh pengurus DPP.
"Saya ingin partai ini ada dalam sejarah politik Indonesia, yang terpenting kembali ke khitahnya," ujar Bambang.
Lebih lanjut, Bambang berkomitmen untuk menjaga dan mendukung pemerintahan Jokowi - Ma'ruf.
"Saya pribadi pasang badan untuk Jokowi-Ma'ruf apa pun yang terjadi," tambah Bambang.
(Tribunnews.com/Nuryanti)