Kemudian, ia tampak menyinggung dan memperbandingkan keberadaan FPI dengan Nahdatul Ulama (NU).
Ia mengatakan, anggota dari ormas FPI jauh lebih kecil jika dibandingkan anggota NU di Indonesia, sehingga FPI sangat rawan untuk dibubarkan.
"Coba FPI jumlahnya setara NU, dia mau taruh ideologi apa pun, negara nggak bakal mbubarin. Ini soal pertandingan kekuasaan," lanjut Rocky.
Tak sampai di situ, ia membuat pula perbandingan antar ketua ormas FPI dengan beberapa tokoh yang terlihat berseberangan.
"Kalau misalnya ketua FPI hari ini Guntur Romli bukan Habib Rizieq, mau dibubarin nggak tuh FPI? Atau sebaliknya Habib Rizieq adalah ketua BPIP menggantikan Mahfud, bubar nggak FPI?" tandasnya.
Dari soal tersebut, Rocky mengatakan dirinya mengajak menguraikan dan memperlihatkan bahwa taraf kita untuk bernegara itu masih jauh di bawah standar.
Ia tegaskan hal yang menjadi sebab adalah adanya perbincangan tentang hal-hal yang tidak substansial hanya karena ketakutan.
Maka dari itu, pihaknya berpendapat agar pemerintah dapat membiarkan pergerakan ormas FPI di Indonesia.
"Front Pembela Islam, jelas kata Islam di belakangnya, ya dengan sendirinya inheren di dalam Islam adalah keyakinan dirinya, keyakinan ideologisnya tuh. Ya sudah biarkan saja kan?"
"Toh Pancasila juga dasarnya tadinya adalah Piagam Jakarta. 'Kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya', 7 kata itu kita hapus, demi apa? Demi persaudaraan antarwarga negara," kata Rocky mengambil kilas balik.
Namun, ia juga tampak memberi imbauan agar tidak menghilangkan catatan sejarah.
"Tetapi sejarah itu tidak mungkin kita hilangkan. Kan itu jalan pikirannya kan? Kalau kita mau hilangkan sejarah itu, semakin dihilangkan dia semakin membekas pada bangsa ini. Jadi biar aja kita hidup dengan segala macam imajinasi itu." pungkas Rocky.
Sementara itu, ia mengungkapkan kini terdapat 30 negara yang mengalami social unrest atau raises.
30 negara tersebut masing-masing mempunyai peristiwa khas tentang ketidakadilan sosial.