TRIBUNNEWS.COM - Menteri BUMN, Erick Thohir memberhentikan Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra atau Ari Ashkara karena menyelundupkan komponen Harley Davidson dan sepeda Brompton.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu angkat bicara soal pencopotan Ari Askhara dari posisinya sebagai Dirut Garuda Indonesia.
Menanggapi pencopotan itu, Said Didu mengaku kaget sekaligus tidak kaget saat mengetahui Ari Askhara dicopot dari jabatannya sebagai Dirut Garuda Indonesia.
Said Didu mengaku kaget karena sesorang dengan berani melakukan hal ini, namun ia juga tidak kaget sebab pelaku di balik semua ini adalah Dirut Garuda.
"Saya kaget dan tidak kaget. Saya kaget karena kok ada orang berani melakukan ini, saya tidak kaget karena yang melakukan Ari Askhara," ujar Said Didu, dilansir dari YouTube TVOneNews, Jumat (6/12/2019).
Said Didu lantas memberikan penilaiannya pada sosok Ari Askhara.
Ari Askhara menurut mantan Sekretaris Kementerian BUMN ini, adalah sosok yang sangat 'kuat' di BUMN.
Said Didu kemudian menjelaskan maksudnya menyebut Ari Askhara adalah sosok yang kuat.
Menurutnya, Ari Askhara sering bergonta-ganti jabatan setelah pertama kali masuk BUMN pada tahun 2014.
Lebih lanjut, Said Didu menyebut bahwa saat menduduki jabatan tertentu, Ari Askhara pernah diberhentikan karena suatu kasus.
"Ari Askhara ini adalah orang menurut saya sangat 'kuat', bayangkan dia masuk BUMN, jadi direksi 2014 dan hanya 4 tahun 5 kali pindah jadi direksi, dan naik terus, jadi rata-rata 8 bulan di suatu jabatan, kenaikannya,"
"Dan tidak ada yang sukses juga, karena tidak mungkin dinilai karena tidak sampai 1 tahun. Saat jadi direktur keuangan di Garuda, dia diberhentikan karena ada kasus tapi balik lagi menjadi dirut. Jadi saya katakan orang ini adalah orang yang kuat," ujarnya.
Sementara itu, Said Didu menilai sosok seperti Ari Askhara menjadi orang yang dekat dengan pihak kekuasaan.
"Dan biasanya pengalaman saya, orang seperti ini adalah titipan kekuasaan, atau orang dekat kekuasaan, biasanya orang seperti ini,"
"Dan kita lihat sangat berani, kita lihat bagaimana perayaan 17 Agustus, bagaimana dia, perayaan-perayaan itu betul-betul menjadikan dirinya sebagai the hero dan jangan ganggu saya, kira-kira begitu," jelasnya.
Said Didu menegaskan sosok seperti Ari Askhara adalah musuk utama dalam pemilihan direksi BUMN.
Dirinya juga sempat memberikan pesan pada Erick Thohir terkait pemilihan direksi BUMN.
"Ini adalah musuh utama dalam pemilihan direksi BUMN, saya katakan ke pak menteri BUMN (Erick Thohir), sekali Bapak menggunakan variabel non profesional untuk memilih direksi, maka rusak BUMN,"
"Saya berharap ini adalah kelihatannya hanya puncak gunung es, dari proses pemilihan direksi selama Bu Rini (Rini Soemarno) menteri. Saya tahu banyak direksi yang kelakuannya mirip dengan Ari Askhara ini, dan juga pindah-pindah setiap saat." ungkap Said Didu.
Diketahui sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menyampaikan ada empat Direktur Garuda Indonesia, termasuk Ari Askhara, yang ada di pesawat Airbus A330-900, tidak mengantongi izin dinas dari kementerian.
"Ya itu hasil investigasi dari teman-teman komisaris bahwa mereka berangkat ke luar negeri tanpa ada izin dari Menteri BUMN," ujarnya, dilansir YouTube KompasTV, Jumat (6/12/2019).
Lebih lanjut, Arya menyebutkan hal tersebut sesuai surat edaran tahun 2015 sebagai acuan komisaris.
"Sesuai dengan surat edaran tahun 2015, itu mungkin acuan dipegang oleh teman-teman dari komite audit komisaris."
"Jadi kita menerima saja apa yang ada itu dari komisaris," jelasnya.
Staf Khusus Menteri BUMN ini juga mengatakan, sepanjang profitnya bagus tidak ada persoalan, tetapi juga harus ada etika.
"Bahwa sebenarnya, kalau sepanjang bottom line-nya bagus nggak masalah tetapi harus ada etika lah, masak berangkat semua, nanti siapa yang ngerjain," tegasnya.
Ia kembali menyampaikan jika perjalanan tersebut merupakan urusan bisnis diperbolehkan saja, namun tidak dicampur urusan liburan.
"Ya kalau itu berurusan dengan bisnis, Pak Erick selalu mengatakan urusan bisnis ya silahkan, tapi jangan dicampur-campur urusan liburan, wisata."
"Kalau wisata ya wisata saja, nggak perlu urusan kerja didomplengi dengan urusan pekerjaan," ujar Arya.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin Cahyani)