TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah memang tengah berupaya mendorong agar Indonesia mampu menjelma sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah.
Oleh karena itu, pengembangan ekonomi berbasis syariah dianggap perlu dilakukan untuk mewujudkan cita-cita ini.
Sektor pendidikan pun dinilai cocok dalam mengimplementasikan konsep pengembangan ini.
Seperti yang disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Abdul Haris usai menemui Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Kantor Wakil Presiden, Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2019).
Ia pun menawarkan dua konsep, yakni mengembangkan ekonomi berbasis syariah melalui kawasan pedesaan serta kalangan pesantren.
Menurutnya, selama ini masyarakat pedesaan termasuk kalangan pesantren memang telah terbiasa dengan ekonomi yang dikembangkan secara konvensional.
Sehingga pendekatan ekonomi berbasis syariah bukan merupakan hal yang sulit, bahkan menjadi langkah yang sangat baik dalam mendukung perkembangan perekonomian tanah air.
Karena banyak negara yang memiliki penduduk muslim kini menilai ekonomi syariah cukup potensial dikenalkan kepada seluruh kalangan karena sistemnya yang berdampak positif bagi seluruh umat.
"Ini akan sangat membantu pengembangan ekonomi syariah secara keseluruhan. (tentunya) tidak menjadi bertentangan dengan usaha-usaha konvensional, tetapi akan saling melengkapi," ujar Abdul.
Banyaknya masyarakat muslim tanah air, tentunya menjadi market yang sangat potensial bagi sektor apapun yang berbasis syariah.
Produk halal pun akan makin dicari, tidak hanya bagi kalangan muslim, namun bagi seluruh masyarakat yang menganut agama apapun.
Abdul pun menyampaikan pesan yang ia peroleh dari Wapres Ma'ruf, agar pihaknya juga berkontribusi dalam implementasi ekonomi syariah yang bermanfaat bagi seluruh umat.
"Pak Wapres juga menghendaki kita terlibat banyak untuk memberikan pemikiran-pemikiran dalam rangka implementasi ekonomi syariah ini dan bukan untuk Indonesia tapi juga dunia," kata Abdul.
Karena pada dasarnya, sisi halal yang diterapkan pada produk berbasis syariah tentunya menggunakan prinsip yang positif, baik itu dari proses hulu hingga hilirisasi.
Sehingga konsumen dari kalangan maupun agama apapun tidak perlu khawatir terkait 'sisi baik' dari produk tersebut, karena sudah terjamin.
Hal ini juga berlaku bagi sektor perbankan yang kini mulai mengedepankan prinsip syariah.
"Mengapa? karena Islam itu Rahmatan lil alamin, bukan ancaman, bukan sesuatu yang ganjil. Tapi, justru memberikan manfaat yang baik bagi kehidupan masyarakat," jelas Abdul.