TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati untuk menurunkan nilai impor minyak dan gas.
Hal tersebut ditujukan untuk menekan defisit pada neraca perdagangan Indonesia.
Hingga Oktober 2019, neraca perdagangan migas masih defisit 7,27 miliar dollar AS.
Penyebab defisit tersebut adalah impor minyak mentah dan hasil minyak tercatar 4,43 miliar dollar AS, dan 11,12 miliar dollar AS.
Upaya penekanan migas dilakukan dengan penggunaan B-30 per Januari 2020 mendatang.
Selain itu, produksi minyak dalam negeri harus ditingkatkan.
Untuk meningkatkan produksi minyak dalam negeri diperlukan pembangunan kilang minyak.
"Itu harus. Masa sudah 34 tahun tidak bisa membangun kilang minyak? Kebangetan," tutur Jokowi yang Tribunnews kutip melalui YouTube Kompas TV, Rabu (11/12/2019).
Jokowi juga menyampaikan akan mengawal perkembangan rencana pembangunan kilang minyak tersebut.
"Akan saya ikuti terus juga progresnya, prosentasenya sampai sejauh mana," tegasnya.
Pertemuan Jokowi dengan Ahok
Nicke Widyawati didampingi Ahok menemui Jokowi untuk membahas perkembangan industri energi dan petrokimia, salah satunya kesiapan biodiesel B30.
Nicke menyampaikan mengenai kesiapan untuk penerapan B30.
"Jadi kita akan jalankan, semuanya sudah siap penerapan B30 di semua Terminal Bahan Bakar Minyak dan semua SPBU," kata Nicke yang Tribunnews kutip dari Kompas.com, Senin (9/12/2019) seusai pertemuan di Jakarta.