"Seandainya kami ekspor sejuta benih lobster, misalnya. Berapa nilai yang benar-benar masuk ke nelayan dan berapa nilai yang masuk ke pajak negara," jelasnya.
Edhy menyebut dengan cara ini akan menambah perekonomian masyarakat yang menggantungkan diri dari benih lobster.
Kajian yang dilakukan Edhy melibatkan para pakar perikanan.
Edhy menyebutkan, ia mendapatkan informasi, benih lobster pada dasarnya tidak dapat bertahan hidup tidak lebih dari 1 persen.
Maka dari itu, Edhy berencana bekerja sama dengan negara yang berhasil membudidayakan lobster seperti Vietnam.
"Jalan keluarnya apa? Kalau dilarang (ekspor), pusat pembesaran lobster belum ada di Indonesia. Ini yang akan kami hidupkan. Negara yang sebagai pembesar lobster seperti Vietnam kami ajak ke sini," jelasnya.
Harus Ada Nilai Balik
Edhy menambahkan ekspor yang dilakukan harus memiliki nilai balik terhadap lingkungan dan ekosistem.
Hal ini dengan mengembalikan beberapa persen lobster ke perairan Indonesia misalnya 2,5 persen sampai 5 persen dari jumlah ekspor benih.
Hal ini bertujuan agar tidak rusaknya lingkungan dan ekosistem lobster.
"Jangan sampai lingkungan rusak dan lobsternya habis, misal 5 persen atau 2,5 persen benih lobster dikembalikan ke laut, tinggal dihitung."
"Kalau menurut kajian kan yang hidup dari semua lobter itu hanya 1 persen saja enggak sampai, kalau masuk 2,5 atau 5 persen kan saya pikir bagus," ujar Edhy.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Syarat Edhy Prabowo soal Wacana Ekspor Benih Lobster."
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto) (Kompas.com/Kiki Safitri)