Hal itu menurut Arief dikarenakan BUMN menyesuaikan program pembangunan infrastruktur yang diusung Jokowi.
"Ternyata lima tahun utang BUMN banyak, berarti Pak Joko Widodo gagal memimpin BUMN, padahal on the fact utangnya BUMN itu meningkat karena BUMN mendukung program-program infrastrukturnya Pak Joko Widodo," ucapnya.
Arief juga meminta tidak menyalahkan jajaran direksi maupun Menteri BUMN.
"Itu yang ngerjain BUMN, jangan disalah-salahin dong direksi dan Menteri BUMN. Hutang BUMN yang membengkak itu bukan salahnya menteri, yang suruh bangun infrastruktur siapa? Kan Pak Joko Widodo," ucapnya.
Erick Thohir Ingin Rapikan BUMN
Sebelumnya, Erick Thohir menyebut banyak BUMN yang memiliki anak dan cucu perusahaan sakit karena ulah oknumnya.
Hal itu juga terkait penyalahgunaan wewenang mantan Dirut Garuda untuk membawa barang ilegal masuk ke Indonesia.
Dilansir Kompas.com, Erick berencana mengeluarkan keputusan menteri (kepmen) tentang pembentukan anak dan cucu perusahaan.
"Harus ada alasannya (pembentukan anak/cucu perusahaan), bukannya dipakai oleh oknum BUMN yang sudah sehat jadi sakit," kata Erick, Kamis (5/12/2019).
Erick berkeinginan untuk merapikan BUMN yang terlalu banyak memiliki anak cucu perusahaan.
Hal tersebut diyakini Erick akan menyulitkan setiap menteri yang memimpin Kementerian BUMN.
"Saya pun yakin siapa pun menterinya tidak mudah, jadi saya juga tidak mau misalnya apa yang saya lakukan hari ini (dinilai) oh karena tidak suka dengan menteri-menteri BUMN sebelumnya, enggak lah! Justru ini yang kita mau rapikan," kata dia.
Menurut Erick, mengurangi jumlah perusahaan akan berdampak baik bagi perusahaan induk BUMN tersebut.
Mantan Presiden Klub Inter Milan tersebut juga menyebut, dari Rp 210 triliun, hanya ada untung 73 persen atau senilai Rp 154-156 triliun.