TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif angkat bicara soal tewasnya mahasiswa Universitas Haluo Oleo, Randi.
Dia berujar, kematian Randi merupakan salah satu titik terendahnya selama menjabat sebagai pimpinan KPK.
Baca: Faye Nicole Akui Belum Juga Terima Surat Panggilan dari KPK
Laode M Syarif mengaku terpukul ketika mendengar kabar bahwa pemuda asal Kendari tewas usai mengikuti aksi menolak revisi UU KPK dan revisi Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Kamis (26/9/2019) lalu.
"Itu lowest point sampai saya tidak bisa tidur sampai saya dengar Randi tertembak. Saya masih ingat itu kira-kira jam 2 subuh karena saya tulis sesuatu tentang Randi subuh-subuh di HP," kata Laode di Gedung ACLC KPK, Kamis (19/12/2019).
Laode menyampaikan hal itu ketika hendak meresmikan nama Randi dan Yusuf sebagai nama salah satu ruangan di Gedung ACLC KPK.
Laode menuturkan, hal yang dia tulis ketika itu merupakan puisi yang ia beri judul "Anak Laut-Matahari Negeri".
Puisi itu pun dibacakan Laode dalam kesempatan sore tadi.
Dalam puisi itu, Laode juga menulis soal orang tua Randi, La Sali dan Wa Nasrifa.
Berikut naskah puisi yang ditulis Laode.
Anak Laut-Matahari Negeri
Anak Laut itu tumbuh di tanah cadas bebatuan pantai Lakarinta-Witeno-Wuna.
Tumbuh dari singkong dan jagung yang mampu menembus cadas dan air laut yang menggarami hidupnya.
Tanpa keluh tanpa kesah menjalani hidup yang memang keras dari awalnya.
Di mata La Sali dan Wa Nasrifa dia adalah Matahari di antara Dua Bulan belahan hati.