TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini, menilai wajar jika masyarakat menganggap majunya Gibran Rakabuming Raka, dalam pemilihan Wali Kota Solo 2020 bagian dari melanggengkan dinasti politik yang ingin dibangun Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Apalagi, jika mekanisme internal di partai politik khususnya di PDI Perjuangan dikesampingkan atas dasar elektabilitas.
Menurut Titi parpol tidak seharusnya berorientasi semata-mata untuk merebut kekuasaan, melainkan juga untuk pengembangan ideologi, kaderisasi, dan rekrutmen politik yang demokratis.
"Tetapi, kemudian kalau proses itu mengesampingkan dan menggeser mekanisme yang bekerja di partai, tidak salah kalau kemudian publik beranggapan bahwa ada dinasti politik yang ingin dibangun," kata Titi usai diskusi bertajuk "Jokowi Langgengkan Politik Dinasti" di Menteng Jakarta Pusat pada Minggu (22/12/2019).
Baca: PDIP: Ikut Pilwalkot Solo, Gibran Tak Akan Dapat Hak Istimewa
Baca: Ikuti Uji Kelayakan Pilkada, Hasto Kristiyanto Sebut Gibran Berpeluang Meski Terganjal Keanggotaan
Baca: Maju di Pilkada 2020, Politikus PDIP Sebut Gibran-Bobby Berpotensi Punya Beban Moral
Titi berpendapat, upaya pelanggengan politik dinasti di Indonesia kerap dibungkus melalui mengesampingkan prosedur parpol.
Menurutnya, dalam hal itu mekanisme yang dilalui sesungguhnya penyamaran yang tidak mengedepankan politik yang setara dan adil bagi semua kader.
Karena bagi Titi, dinasti politik lebih cocok dilekatkan ketika adanya hak istimewa yang diperoleh seseorang tanpa melalui proses demokratis yang sejalan dengan mekanisme rekrutmen politik di parpol berbasis kaderisasi.
"Di sinilah tantangan partai sebagai institusi demokrasi, apakah dia akan tunduk pada program organisasi, apakah ada pertimbangan yang sifatnya pragmatis," kata Titi.
Diberitakan sebelumnya, Gibran Rakabuming Raka mengikuti fit and proper test bakal calon Wali Kota Solo di kantor DPD PDI-P Jawa Tengah, Panti Marhaen Semarang pada Sabtu (21/12/2019) siang.
Panitia fit and proper test, Andang Wahyu Triyanto mengatakan, Gibran ditanya lebih dari 15 pertanyaan seputar kesiapannya maju sebagai calon Wali Kota Solo.
"Pertanyaannya banyak. Lebih dari 15 pertanyaan. Cuma dari dalam pertanyaan ini berkembang tergantung bagaimana respons Mas Gibran," kata Andang.
Andang menyatakan, pertanyaan yang diajukan ke Gibran sebenarnya normatif, berkisar pada modal Gibran maju dalam kontestasi Pilkada Solo 2020.
Jadi normatif saja. Pembicarannya mengalir menggali potensi, pemikiran, persiapan, strategi bakal calon. Kemudian kesiapan psikologi, fisik, material, dan non-material dalam memenangkan pilkada," ujar Andang.
Andang menilai, sosok Gibran merupakan figur yang cerdas, berprinsip, dan memiliki visi yang kuat.