“Persatuan dan kesatuan bangsa itu mungkin juga sempat retak ketika terjadi berbagai peristiwa sosial yang memancing gesekan di masyarakat sepanjang tahun ini,” ujarnya.
Hal ini harus menjadi perhatian bersama dari berbagai elemen bangsa untuk merawat dan menjaganya agar gesekan itu tidak terjadi.
Haedar menilai momen Natal nanti akan menjadi momentum menguatkan semangat toleransi antara umat.
Selain itu dapat menumbuhkan kepercayaan serta agama yang ada, sehingga terciptanya semangat kerukuran antarwarga Indonesia.
Ia berharap dalam di momen Natal dan Tahun Baru 2019 dapat menjadi ikhtiar untuk membangun soliditas kolektif yang positif sebagi sesama anak bangsa.
“Kita harus perluas area komunikasi, silaturahim dan menjalankan ajaran agama masing-masing dengan baik, dan saya yakin pendekatan elit kepada masyarakat di setiap daerah dapat menjadi contoh,” pungkasnya.
Kepada pemerintah, Muhammadiyah berharap dapat mengutamakan dimensi kebangsaan dengan menghormati koridor agama masing-masing pemeluknya. (*)
(Tribunnews.com/Nidaul 'Urwatul Wutsqa)