Nyanyian Akar Rumput lahir sebagai pengingat janji Jokowi kepada keluarga sastrawan dan aktivis yang hingga saat ini belum diketahui keberadaannya.
Yuda menambahkan, Fajar Merah sudah mengingatkan Presiden Jokowi akan janjinya pada masa kampanye Pilpres 2014.
"Saya cuma pingin ngomong sama Pak Presiden itu karena saya yakin mata saya ini masih normal dan Pak Presiden juga punya telinga sama seperti kita semua," kata Fajar Merah.
"Semoga ini disampaikan pada hati beliau. Jadilah Presiden sebagaimana mestinya Presiden itu, kalau dirasa punya janji ya ditepati," ujar Fajar Merah.
Putri Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani, hanya menuntut Presiden Jokowi menuntaskan janji yang diucapkan saat kampanye Pemilihan Presiden 2014.
"Kami menuntut keadilan dan janji-janji yang diucapkan oleh presiden. Saya sudah lelah dengan harapan." kata Fitri Nganthi Wani yang Tribunnews kutip melalui Kompas.com.
Harapan Wani dan Fajar Merah juga menjadi harapan Sipon, istri Wiji Thukul.
"Waktu Jokowi terpilih sebagai presiden, saya berharap semoga PR-PR (pekerjaan rumah) dari presiden sebelumnya bisa terselesaikan, terutama kasus penghilangan Thukul," ujar Sipon.
Penantian yang tidak pasti keluarga Wiji Thukul adalah bagian kecil dari kisah keluarga korban kejahatan HAM Orde Baru.
Meskipun reformasi sudah bergulir selama 21 tahun, hingga kini kasus penghilangan paksa Wiji Thukul dan aktivis 1997-1998 belum ada kemajuan dalam penuntasan.
"Semoga Bapak Presiden Joko Widodo bisa meluangkan waktunya untuk nonton film 'Nyanyian Akar Rumput'," tutur Yuda.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jokowi: Wiji Thukul Harus Ditemukan, Hidup atau Meninggal"
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani) (Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado)