TRIBUNNEWS.COM - Produser sekaligus sutradara film Nyanyian Akar Rumput, Yuda Kurniawan mengantar undangan nonton film untuk Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi).
Nyanyian Akar Rumput mengisahkan tentang anak-anak Wiji Thukul, di antaranya Fitri Nganthi Wani, dan Fajar Merah.
Sebelumnya, Rekam Docs, rumah produksi yang menelurkan Nyanyian Akar Rumput telah menggelar konferensi pers, Kamis sore (9/1/2020).
Setelah acara konferensi pers itu, Yuda Kurniawan dan tim menuju Kantor Sekretariat Presiden di Komplek Istana.
Yuda Kurniawan menjelaskan, dia dan timnya diterima oleh Staf Ahli Deputi V, Fajirmei Gahffar dan Mufti Makarim.
Pengingat Janji Presiden
Dalam caption unggahan akun Instagram Yuda, ia menegaskan undangan yang dikirim ke Jokowi merupakan pengingat janji Presiden.
"Mungkin selama lima tahun lalu, presiden keliwat sibuk membangun infrastruktur dan menjalani berbagai tugas kenegaraan, sehingga mungkin lupa dan tidak sempat memikirkan kasus Wiji Thukul."
"Karena itu kami mengajak Presiden Jokowi untuk menonton film 'Nyanyian Akar Rumput."
"Untuk mengingatkan dan juga memenuhi janjinya kepada keluarga Wiji Thukul dan menuntaskan kasus penghilangan paksa atas para aktivis 1997-1998."
Diketahui, film Nyanyian Akar Rumput muncul tepat ketika Jokowi baru saja dilantik sebagai presiden untuk periode kedua.
Jokowi sempat menyatakan kenal dengan Wiji Thukul dan keluarganya.
“Wiji Thukul itu, saya sangat kenal baik. Dia kan orang Solo. Anak-istrinya saya kenal. Puisi-puisinya saya juga tahu," ujar Jokowi yang dikutip oleh Yuda Kurniawan di caption unggahan Instagramnya.
Menurut adik kandung Wiji Thukul, Wahyu Susilo, ada satu karya puisi yang menjadi favorit Jokowi.
Puisi tersebut adalah puisi berjudul Peringatan.
Jokowi Pernah Tegaskan Keberpihakan....
Diwartakan Kompas.com pada 9/6/2014 lalu, Jokowi menegaskan keberpihakannya terhadap kasus penculikan aktivis Wiji Thukul.
Ia menuturkan, dalam kondisi apapun, ayah dari Fajar Merah itu harus ditemukan.
"Harus ditemukan. Harus jelas. Bisa ketemu hidup atau meninggal," ucap Jokowi kepada wartawan di Sukabumi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (9/6/2014) siang.
"Harus jelas dong. Masa 13 orang bisa ndak ketemu tanpa kejelasan?," tambahnya.
Jokowi Memiliki Kedekatan....
Jokowi, menurut Yuda juga memiliki kedekatan dengan keluarga Wiji Thukul.
Orang nomor satu di Indonesia ini ketika menjadi Wali Kota Solo, adalah pejabat publik pertama yang menemui Sipon, istri Wiji Thukul.
Dalam unggahan Yuda, ia menjelaskan, Jokowi beberapa kali bertemu dengan Fitri Nganthi Wani anak sulung Wiji Thukul.
Seperti saat kampanye Pilpres 2014 dan Hari HAM sedunia 2014 di Yogyakarta.
"Beliau juga datang ke pernikahan saya ketika masih jadi Wali Kota Solo," kata Wani.
Janji Belum Terbukti
Jokowi belum dapat memenuhi janjinya kepada keluarga Wiji Thukul, hingga pemerintahannya yang pertama selesai.
Nyanyian Akar Rumput lahir sebagai pengingat janji Jokowi kepada keluarga sastrawan dan aktivis yang hingga saat ini belum diketahui keberadaannya.
Yuda menambahkan, Fajar Merah sudah mengingatkan Presiden Jokowi akan janjinya pada masa kampanye Pilpres 2014.
"Saya cuma pingin ngomong sama Pak Presiden itu karena saya yakin mata saya ini masih normal dan Pak Presiden juga punya telinga sama seperti kita semua," kata Fajar Merah.
"Semoga ini disampaikan pada hati beliau. Jadilah Presiden sebagaimana mestinya Presiden itu, kalau dirasa punya janji ya ditepati," ujar Fajar Merah.
Putri Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani, hanya menuntut Presiden Jokowi menuntaskan janji yang diucapkan saat kampanye Pemilihan Presiden 2014.
"Kami menuntut keadilan dan janji-janji yang diucapkan oleh presiden. Saya sudah lelah dengan harapan." kata Fitri Nganthi Wani yang Tribunnews kutip melalui Kompas.com.
Harapan Wani dan Fajar Merah juga menjadi harapan Sipon, istri Wiji Thukul.
"Waktu Jokowi terpilih sebagai presiden, saya berharap semoga PR-PR (pekerjaan rumah) dari presiden sebelumnya bisa terselesaikan, terutama kasus penghilangan Thukul," ujar Sipon.
Penantian yang tidak pasti keluarga Wiji Thukul adalah bagian kecil dari kisah keluarga korban kejahatan HAM Orde Baru.
Meskipun reformasi sudah bergulir selama 21 tahun, hingga kini kasus penghilangan paksa Wiji Thukul dan aktivis 1997-1998 belum ada kemajuan dalam penuntasan.
"Semoga Bapak Presiden Joko Widodo bisa meluangkan waktunya untuk nonton film 'Nyanyian Akar Rumput'," tutur Yuda.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jokowi: Wiji Thukul Harus Ditemukan, Hidup atau Meninggal"
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani) (Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado)