TRIBUNNEWS.COM - Penangkapan raja dan ratu Keraton Agung Sejagat (KAS) masih menyisakan cerita.
Dari kasus kerajaan 'jadi-jadian' yang mengeggerkan warga Purworejo hingga nasional ini, terukuak sejumlah fakta lain dari Totok Santosa alias SInuhun Totok, yang menamai dirinya sebagai Raja KAS.
Faktanya, Totok diketahui sering mengganti identitas KTP.
Bahkan penelusuran polisi, Totok pernah tinggal di Ancol, Jakarta Utara dan terseret masalah utang.
Inilah fakta-fakta lain yang dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.
1. Terseret Utang
Dikutip dari Tribun Jateng, Totok Santoso (41), pria yang mengaku sebagai Raja Keraton Agung Sejagat(KAS) Purworejo disebut pernah berutang sebanyak Rp 1,3 miliar sewaktu tinggal di Kawasan Kampung Bandan, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Budhi Herdi Susianto menyebutkan, uang tersebut dipinjam Toto kepada salah satu bank.
"Saudara Toto ini juga pernah melakukan peminjaman atau utang ke bank yang saat itu diketahui oleh Ketua RT.
Berdasarkan keterangannya sekitar Rp 1,3 miliar," kata Budhi, Kamis (16/12020).
Totok menggunakan KTP yang ia urus sewaktu pertama kali pindah ke Kampung Bandan tahun 2011.
Selain itu, Totok menjadikan ruko yang ada di daerah Jakarta Barat sebagai jaminan.
"(Kepemilikan ruko) ini sedang kami telusuri karena kami sendiri baru tahu dan baru melakukan penyelidikan setelah kejadian ini ramai," tutur Budhi.
Usai meminjam uang, Totok tidak pernah muncul kembali di kampung tersebut.
Terlebih setelah rumah kontrakannya yang ada di pinggir rel terbakar.
Budhi menyampaikan, sejauh ini belum ada laporan dari pihak bank terkait pinjaman sebesar Rp 1,3 miliar tersebut.
2. Gonta-ganti KTP
Totok juga diketahui sempat tinggal di bedeng kayu berukuran 2x3 meter di pinggir rel kereta Stasiun Kampung Bandan, Kelurahan Ancol, Jakarta Utara.
Ketua RT 012/RW 005 Kelurahan Ancol Abdul Manaf mengatakan, Totok tinggal di sana sejak tahun 2011.
"Jadi dia bikin surat pengantar bikin KTP 2011. 2012 balik lagi, bikin KTP," kata Abdul.
Abdul mengatakan, selama tinggal di sana, Totok tidak begitu menyita perhatian warga sekitar.
Ia hanya sekedar bertegur sapa dengan warga sekitar tanpa komunikasi yang intens.
Selama tinggal di sana, Totok juga jarang ada di rumahnya.
3. Pengakuan Tetangga
Abdul menyampaikan, Totok kemudian pindah setelah kawasan Kampung Bandan, termasuk rumah yang ditinggalinya, terbakar pada 2016.
Rumah yang pernah dihuni Totok saat ini sudah rata dengan tanah.
Pasalnya rumah itu berdiri ilegal di pinggiran rel kereta api.
Warga sekitar di bekas rumah kontrakan Totok juga mengaku tidak dipengaruhi oleh ajaran KAS. "Enggak pernah sama warga sini mah," kata Abdul Manaf.
Menurutnya, Totok termasuk bukan warga yang menonjol selama tinggal di sana.
Ia menuturkan, raja Keraton Agung Sejagat itu adalah orang yang kalem dan juga kerap menyapa warga ketika bertemu.
"Orangnya sih biasa memang, kalem. Kenal lah sama orang-orang, kalau ketemu palingan 'woi dari mana'," kata Abdul.
Senada dengan Abdul Manaf, yang menyebut Totok tak menyebarkan pengaruh apapun kepada warga, Ketua RW 005, Puji Haryati mengatakan, Totok dulu jarang terlihat.
"Boro-boro, orang dia termasuk numpang alamat doang ini," ujar Puji Haryati.
Ia mengatakan, dulu Totok mengaku sebagai pedagang di kawasan Muara Angke.
4. Mengaku Pedagang
Menurutnya, ia sangat jarang menempati rumah kontrakan yang ada di bantaran rel kereta api tersebut.
Puji menambahkan, setelah kebakaran di Kampung Bandan pada tahun 2016, Totok menghilang.
"Semenjak kebakaran dia udah enggak keliatan lagi," ujar Puji Haryati.
Mengenai pekerjaan Totok yang mengaku sebagai pedagang, Abdul Manaf mengatakan, Totok memang pernah mengungkapkan pekerjaannya sebagai pedagang atau wiraswasta.
"Waktu mengajukan (KTP) itu, bilangnya dagang, wiraswasta gitu," ujar Abdul.
5. Kantongi Miliaran Rupiah
Kompas.com memberitakan, Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat mengantongi dana sebesar Rp 1 miliar dari 10 tabungan.
Walaupun keraton tersebut didirikan oleh Toto Santoso, sistem keuangan keraton tersebut dipegang langsung oleh Sang Ratu, Fanni Aminadia.
Saat ini polisi masing menghitung jumlah dana yang masuk di buku tabungan tersebut.
Polisi menyebut dari hasil pemeriksaan diketahui ada pengikut Keraton Agung Sejagat yang menyerahkan dana sebesar Rp 110 juta kepada Totok Santoso dan Fanni Aminadia.
Para anggota dijanjikan jabatan tinggi sesuai dengan biaya yang disetorkan pada raja dan ratu.
"Apabila nominal tiket masuknya semakin besar atau tinggi, maka anggota tersebut akan diberikan jabatan yang tinggi dalam KAS," kata Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Iskandar Fitriana Sutisna, Kamis (16/1/2020).
Kepada penyidik, Toto bercerita sedang mencari 13 menteri dari ratusan anggotanya.
"Nanti itu, dia ingin menunjuk Resi (menteri) bagian politik, ekonomi, militer, sosial, dan budaya. Bawahan resi, ada bhre (gubernur). Lalu bawahnya lagi bekel (Lurah)," jelas Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Iskandar Fitriana.
Melalui organisasi Jogja Development Comiittee (Jogja DEC), Toto pernah menjanjikan uang sebesar 100 hingga 200 dollar AS per bulan kepada setiap anggotanya.
Uang tersebut diklaim berasal dari sebuah bank di Swiss yang menyimpan Esa Monetary Fund yang jumlahnya tidak terbatas.
(Tribunnews.com/TribunJateng.com/Kompas.com)