News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kemunculan Kerajaan Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire Disebabkan Romantisme Sejarah

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Raja Keraton Agung Sejagat Toto Santoso dan Sang Ratu, Fanni Aminadia.

Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam sepekan terakhir kemunculan Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah, sangat ramai diperbincangkan publik di Indonesia.

Tak lama berselang, muncul lagi sebuah kerajaan yang menamai diri sebagai Sunda Empire di wilayah Jawa Barat.

Hal tersebut juga berhasil menyita perhatian publik.

Namun demikian, sebenarnya apa yang melatarbelakangi fenomena kemunculan kerajaan yang oleh banyak masyarakat dianggap sebagai utopia ini?

Menjawab pertanyaan tersebut, Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengatakan munculnya kelompok masyarakat yang mendeklarasikan diri sebagai kerajaan dilandaskan sebagai akibat dari romantisme sejarah.

Tak ayal, hal tersebut memicu serta menimbulkan euforia tersendiri bagi penggagasnya.

"Ada yang ingin angkat kejayaan masa lalu. Sebetulnya jika yang diangkat dari sisi budaya gak masalah, tapi jika itu ingin pisah dari sistem NKRI apalagi ada unsur penipuan, maka ini tidak benar, ada sanksi pidananya," kata Wawan saat dihubungi awak media pada Minggu (19/1/2020).

Dikatakan pihak BIN, sejauh ini, belum terdeteksi akan adanya indikasi jahat atau unsur separatis kendati kelompok tersebut mendeklarasikan diri sebagai kerajaan.

"Kalau keraton Se-Nusantara sampai saat ini belum ada yang ingin pisah, mereka tetap NKRI," ungkapnya.

Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan mengatakan, pihaknya telah lama mendeteksi keberadaan Keraton Agung Sejagat di Purworejo yang sangat kontroversial dan sempat membuat geger publik di Indonesia.

Pendeklarasian Keraton Agung Sejagat tersebut sebenarnya merupakan tindak pidana.

Namun hal tersebut bukanlah ranah kejahatan intelijen yang perlu ditangani langsung oleh BIN.

"Kami sudah lama mendeteksinya, tetapi baru muncul (ramai)," ujarnya kepada wartawan di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, kemarin.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini