TRIBUNNEWS.COM - Fakta baru dari soal Keraton Agung Sejagat diungkap pihak kepolisian dari Polda Jawa Tengah.
Terbaru, polisi menyebut Raja KAS, Totok Santosa masih mengelak terkait motif penarikan uang kepada pengikutnya.
Alasan Totok Santosa mengelak masih di dalami oleh pihak kepolisian.
Yang pasti, sudah banyak saksi yang diperiksa dan mengaku tertipu setelah menyetor uang kepada Totok.
"Selama ini Totok masih mengelak saat ditanya tentang penarikan uang itu. Tapi silakan saja tersangka mengelak."
"Namun kita sudah ada banyak bukti dan saksi yang kuat terkait hal tersebut," ujar Kabid Humas Polda Jawa Tengah Pol Iskandar Fitriana di Mapolda Jateng, Kamis (23/1/2020), melansir laman Kompas.com.
Hingga Kamis (23/1/2020), diketahui polisi sudah memeriksa 11 orang dari 21 saksi.
Saksi tersebut dihadirkan untuk memberikan keterangan karena merasa tertipu oleh Totok dan Fanni Aminadia selaku Raja dan Ratu KAS.
Berdasarkan pemeriksaan, korban telah menyetorkan uangnya baik secara tunai maupun transfer ke rekening Totok.
Yang paling banyak dari pemeriksaan, mereka menyetor uang Rp 30 juta.
"Namun, ada juga keterangan saksi yang setor hingga ratusan juta, tapi mungkin enggan melaporkan karena malu."
"Tapi bagi kita sudah cukup sampel keterangan beberapa saksi korban," ujar Iskandar.
Hasil Pemeriksaan Psikologis
Selain itu, Iskandar juga membeberkan hasil pemeriksaan psikologis dari Raja dan Ratu 'gadungan' dari Keraton Agung Sejagat.
Menurut Iskandar, dari hasil pemeriksaan psikologis, mereka dinyatakan tidak memiliki gangguan jiwa.
Toto dan Fanni melakukan perencanaan dalam kondisi keadaan sehat jasmani dan rohani.
"Mereka membuat perencanaan Keraton Agung Sejagat itu dengan keadaan sadar dan mengerti."
"Artinya mereka tidak memiliki gangguan jiwa. Ini sudah cukup menjadi bukti pendukung dari keterangan saksi," jelas Iskandar, masih melansir dari Kompas.com.
Penjelasan Iskandar Totok dan Fanni sudah melakukan perencanaan pendirian keraton sejak tahun 2018.
Bahkan, mereka merencanakan membuat cabang-cabang Keraton Agung Sejagat di daerah lain.
"Mereka sudah sejak lama merencanakan pembuatan sangat sistemik. Sudah sejak 2018 mereka membuka cabang-cabang KAS."
"Artinya mereka tidak main-main. Mereka sudah merencanakan dengan detail," jelas Iskandar.
Jika mereka mengalami gangguan jiwa, lanjut Iskandar, tidak mungkin mereka buka rekening di bank.
Apalagi untuk mengumpulkan uang dan mendapatkan pengikut yang begitu banyak.
(Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com/Riska Farasonalia)