TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah kasus baru pneumonia Coronavirus di Wuhan China telah melonjak.
Kasus ini juga telah muncul di negara-negara lain seperti Thailand, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.
Seorang pasien yang dikonfirmasi juga muncul di Taiwan pada tanggal 22 Januari.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengadakan pertemuan darurat pada 22 Januari dan mengundang negara-negara dengan kasus yang dikonfirmasi untuk hadir.
Namun, Taiwan tidak diundang ke pertemuan itu karena hambatan dari Cina.
Seperti diketahui, alasan mengapa Taiwan tidak bisa menjadi negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebabkan karena Cina telah memperkuat "Prinsip Satu China" di WHO.
Virus pneumonia Wuhan berasal dari China, dan menyebar karena pemerintah China menyembunyikan epidemi ini pada tahap awal.
Taiwan letaknya berdekatan dengan China, dan ancaman terkena infeksi sangat besar.
Ketika WHO menganggap situasi ini sebagai hal yang mendesak dan mengadakan pertemuan darurat, seharusnya mengundang Taiwan untuk bergabung dalam upaya pencegahan epidemi.
Baca: Pemerintah China Resmi Segel Wuhan hingga Hotel Tolak Turis Asing
Baca: Dirut Garuda: Otoritas Bandara Harus Tangani Virus Corona Agar Tak Menyebar di Penerbangan
Namun demikian, Cina masih bersikeras pada pandangan politik, dan mencegah Taiwan untuk berpartisipasi dalam pertemuan darurat WHO.
China mengklaim ke pihak luar bahwa "tidak ada yang lebih peduli tentang kesehatan rekan Taiwan dibandingkan dengan pemerintah China" dan "partisipasi Taiwan dalam organisasi internasional harus berdasarkan Prinsip Satu China".
Tindakan yang mengabaikan kesehatan warga Taiwan dan seluruh dunia ini sangatlah keterlaluan.
Masyarakat internasional tentu masih ingat ketika "Sindrom Pernafasan Akut Parah" (SARS) yang terjadi pada tahun 2003, ini juga karena hambatan politik "Prinsip Satu China", sehingga Taiwan kesulitan mendapatkan bantuan pertama dari WHO, yang mengakibatkan tragedi yang menewaskan puluhan staf medis Taiwan dan warga yang tidak bersalah.
Pemerintah China tidak punya hak mengesampingkan Taiwan dari sistem pencegahan epidemi global, apalagi mengabaikan kesejahteraan rakyat Taiwan, dan dengan pemikiran politik yang bisa mengerdilkan status Taiwan.
Baca: Pemerintah Antisipasi Wabah Virus Korona
Baca: Ilmuwan Khawatirkan Kemungkinan Terburuk Virus Corona: Penularan 10 Kali Lebih Besar Ketimbang SARS
Saat ini, ada lebih dari 300.000 warga Indonesia yang bekerja, belajar dan tinggal di Taiwan.
Taiwan melakukan langkah-langkah pencegahan epidemi demi kesehatan dan keselamatan warga Taiwan dan semua warga asing yang tinggal di Taiwan.
Taiwan berada di garis depan dalam perjuangan melawan virus corona baru.
Taiwan menyerukan WHO untuk mengedepankan pertimbangan profesional medis, menghapus prasangka politik, dan mengundang Taiwan untuk berpartisipasi dalam pertemuan, mekanisme, dan aktivitas terkait epidemi ini.
Taiwan juga mengimbau Indonesia dan negara-negara lain di dunia untuk berdiri di garis depan bersama dengan Taiwan untuk memerangi epidemi baru dari China.