TRIBUNNEWS.COM - Seorang pemuda warga Kota Wuhan, China mengungkap kebenaran nyata di balik Kota Wuhan yang menjadi sumber penyebaran virus Corona.
Pemuda yang tidak menyebutkan namanya tersebut mengunggah videonya dan mengaku ingin menyerukan kebenaran atas kasus virus Corona.
Ia berharap dengan videonya tersebut semua negara di dunia dapat mengkritisi kebenaran apa yang terjadi di negaranya, China.
Video yang berdurasi 11:37 menit tersebut akhirnya viral dan disebarluaskan oleh masyarakat di seluruh dunia melalui sosial media.
Dalam pembukaannya, pemuda itu mengaku wilayah China, khususnya Kota Wuhan mendapat pembatasan akses internet setelah wabah virus Corona ini marak diperbincangkan internasional.
"Di Cina daratan, kami harus memakai VPN dan sejenisnya, karena di sini ada pembatasan akses internet," katamya, dilansir kanal YouTube The Newsmonger.
Walau demikian, dia berharap seluruh teman-temannya yang juga sesama rakyat China dapat menyaksikan videonya dan menyadari akan Pneumonia Wuhan yang dikenal sebagai virus Corona.
Ia mengatakan, tidak ada pilihan lain merekam pernyataannya sebab satu-satunya pertolongan adalah membuka ruang diskusi publik melalui videonya.
"Maka saya harapkan pada semuanya yang menyaksikan video ini bis memanfaatkan video ini karena sangat sulit diunggah."
"Saya sudah mengambil resiko ditangkap oleh polisi selama ini supaya bisa menyebarluaskan kebenaran," tegasnya.
Ia pun menceritakan awal mula kasus virus Corona ini menyebar di Kota Wuhan.
Berikut Tribunnews merangkum kebenaran nyata soal virus Corona dari pengungkapan pemuda warga Kota Wuhan, Cina:
1. Masyarakat Kota Wuhan tidak mengetahui soal virus Corona pada sehari sebelum wilayah ditutup atau diisolasi
Sebelumnya telah diberitakan, isolasi Kota Wuhan dilakukan pemerintah China pada Kamis (23/1/2020).
Pada waktu itu, pemerintah China mulai tidak membolehkan warga Kota Wuhan keluar dari wilayahnya, sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Oleh karenanya, pemuda tersebut mengungkap kejanggalan pertama di mana banyak warga yang tidak mengetahui akan penyebaran virus mematikan mirip SARS pada 2002-2003 silam.
"Sehari sebelum Kota Wuhan ditutup atau sebelum tanggal 22 Januari 2020 di seluruh penjuru Kota Wuhan tidak banyak orang yang memakai masker," ungkapnya.
Saat itu, banyak warga yang masih bermain mahjong, berkegiatan di luar, dan bercakap-cakap layaknya tidak ada hal darurat apapun.
"Pada 23 Januari, ketika Kota Wuhan ditutup, kami akhirnya mendapatkan sejumlah selebaran di tempat kami. Selebaran yang isinya memerintahkan pada kami untuk memakai masker," ungkapnya.
Selanjutnya, seiring dengan penutupan Kota Wuhan, penggunaan masker pun baru dilakukan.
Tak lain karena imbauan selebaran dari pemerintah kota Wuhan tersebut.
2. Tidak ada konferensi pers atau informasi awal mengenai bahayanya virus Corona yang mematikan
Segenap pertanyaan muncul dari kejanggalan atas keterlambatan pemberitahuan virus Corona di Kota Wuhan.
Pemuda itu mempertanyakan sikap pemerintah yang tidak mengimbau warganya saat awal virus Corona muncul dan menyebar di Wuhan.
"Ini bukanlah tentang warga yang menolak memakai masker, ini tentang pemerintah lokal yang tidak melakukan apapun,"
"Atau mungkin mereka memiliki motif tersembunyi? Apa yang dilakukan oleh Walikota Wuhan dan Sekretaris Komite Partai (Partai Komunis Cina)?"
"Sebagai pejabat pemerintah lokal, apakah dia tidak mendapatkan informasi apapun?" tanyanya.
Menurutnya seharusnya pemerintah China langsung melakukan tindakan sejak mengetahui informasi pertama kali soal kasus virus Corona tersebut.
Bahkan ia mengaku pemerintah tidak melakukan konferensi pers dalam kasus ini.
"Mengapa mereka tidak segera memerintahkan untuk memakai masker? Setidaknya meningkatkan kesadaran (akan penyakit ini) kepada kami?" tanyanya kembali.
Atas hal ini ia pun menyebut bahwa pemerintah Cina telah mengabaikan tugasnya dan beberapa pejabat tidak pantas duduk di roda kepemerintahan Wuhan.
3. Secara dadakan, warga tidak dapat keluar wilayah Kota Wuhan sejak Kamis (23/1/2020)
Dalam videonya, pemuda itu protes lantaran semua fasilitas umum, transportasi, dan jalanan ditutup oleh pihak berwenang secara dadakan.
"Apakah Anda akan menutup seluruh China juga? Menutup ini, menutup itu! Apa yang telah Anda lakukan sebelum ini?" katanya.
Karena penutupan kota tersebut, banyak warga yang ingin keluar dari Wuhan, sarang sumber virus Corona, ke tempat yang aman tetapi tetap tidak bisa dilakukan.
Padahal belum tentu warga tersebut telah terserang virus Corona.
Sementara itu, ia menyebut sebulan sebelum ditutupnya kota Wuhan, banyak orang yang telah mudik atau libur Tahun Baru Imlek.
"Bagaimana dengan orang-orang itu? Bagaimana Anda mencegah mereka agar tidak menularkan penyakit ini?" protesnya.
Di sisi lain, ia mengungkap telah mengetahui melalui internet adanya situasi segala sudut kota Wuhan yang telah mati.
"Saat ini di keseluruhan kota Wuhan, sistem transportasi publiknya dihentikan semuanya. Stasiun pengisian bahan bakar, gas, juga tidak buka," jelasnya.
4. Layanan kesehatan di rumah sakit lumpuh dan kacau, masyarakat yang sakit namun tidak terinfeksi virus Corona terpaksa harus mengunjungi rumah sakit
Ia menyampaikan bahwa sebuah telepon darurat di nomor 120 kota Wuhan sudah tidak bisa dihubungi.
Nomor tersebut bahkan selalu sibuk untuk melayani publik.
Bahkan kondisi rumah sakit di Wuhan sangat padat dan sesak oleh pasien virus Corona.
Sejak ditutupnya Kota Wuhan, pasien rumah sakit selalu bertambah jumlahnya.
Di sisi lain, masyarakat yang sakit namun bukan terkena virus Corona terpaksa harus mengunjungi rumah sakit di mana sarang orang terinfeksi virus Corona berada.
5. Warga yang ke rumah sakit belum tentu mengidap virus Corona di tubuhnya
Tidak semua pasien yang datang ke rumah sakit adalah penderita penyakit terinfeksi virus Corona.
Pemuda yang mengaku mempunyai banyak teman yang bekerja di rumah sakit itu mengatakan petugas medis dan dokter banyak yang tidak segera menyuruh pasiennya untuk melakukan registrasi saat ingin berobat dan diperiksa.
"Mungkin awalnya Anda baik-baik saja namun ikut antri berjam-jam, Anda ikut tertular," ungkapnya.
Pasien yang akan berobat terpaksa harus mengantri berjam-jam di antara ratusan pasien lain.
Padahal menunggu antrian pun juga tidak ada jaminan mendapat pelayanan sesegera mungkin.
6. Penanganan pasien yang terinfeksi virus Corona tidak maksimal. Ia menduga virus Corona disebarkan pemerintah melalui medis
Ia mengungkap beberapa dokter hanya mampu memberikan obat radang dan suntikan hormon untuk mengobati pasien yang terinfeksi virus Corona.
"Jika Anda kuat, mungkin Anda bisa melewati ini. Jika tidak, maka Anda akan mati," katanya.
Namun, tidak semua pasien dapat tertangani dengan baik.
Bahkan banyak pasien terinfeksi virus ini yang menunggu antrian pemeriksaan hingga dirinya meninggal di tempat duduknya.
Di sisi lain, ia mengatakan di antara para pasien terinfeksi virus tersebut ada yang disebut dokter bahwa mereka baik-baik saja.
Dalam hal ini ia mempertanyakan, apakah para medis telah kehabisan alat uji atau sejenisnya?
"Atau mereka sudah sama sekali tidak memiliki sumber daya atau tenaga manusia untuk melakukan pengujian itu," katanya.
Bahkan ia menduga dalam hal ini bahwa penyebaran virus Corona dapat dilakukan oleh pemerintah melalui tim medis.
"Jika Anda seorang penyebar virus, bukankah itu berarti pemerintah atau fasilitas kesehatan menyuruhmu untuk menyebarkan virus itu ke semua tempat dan mengontaminasi orang lain?" tuturnya.
7. Pemuda: Kami rakyat Cina tidak semua mudah untuk dicuci otak!
Kritik atas pemerintah Cina ia ungkapkan untuk menciptakan tekanan publik agar pemerintah Cina mengetahui dan tidak lari dari tanggung jawabnya.
"Mereka (pemerintah) mencoba pergi ke sebuah tempat di Qin Hai dan berpura-pura memberikan instruksi untuk membatasi wabah ini. Instruksi macam apa itu? Anda pikir kami semua bodoh?" katanya.
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa ia bersama rakyat Cina lainnya bukanlah orang bodoh yang mudah dicuci otaknya oleh pemerintah.
"Di dalam otak kami mengetahui dengan jelas (menyebutkan skandal politik). Kita bisa mengabaikan itu dan menertawakannya, namun kita tahu bagaimana negara kita ini," ungkapnya.
Adapun kasus virus Corona ini membuat biaya tempat tinggal (rumah), makanan, dan keperluan lainnya semakin tinggi.
Pemuda itu pun juga meminta agar masyarakat di seluruh dunia dapat menyebarluaskan videonya.
"Setidaknya saat ini kami penduduk kota Wuhan benar-benar membutuhkan tekanan dan kesadaran dunia."
"Kami benar-benar tidak berdaya. benar-benar tidak berdaya," pungkasnya.
(Tribunnews.com/ Nidaul 'Urwatul Wutsqa)