TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaksana Harian (Plh) Dirjen Imigrasi Johny Ginting enggan menanggapi kritikan banyak pihak soal keputusan Menkumham Yasonna Laoly yang memberhentikan Ronny Sompie.
Johny mengaku hanya hanya melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan.
Terlebih, ia menyebut penunjukan dirinya sebagai Plh Dirjen Imigrasi baru disampaikan oleh Yasonna pada Selasa (28/1/2020) pada pukul 14.30 WIB.
"Saya ini kan birokrat, saya juga tahunya itu kan jam setengah 3 ya ada Plh (Dirjen Imigrasi) itu," kata Johny Ginting saat ditemui di Kantor Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (29/1/2020).
Baca: Menteri Yasonna Copot Dirjen Imigrasi Gara-gara Kader PDIP, Ini Kata Presiden Jokowi
Sebagai petugas birokrat, Johny hanya fokus melaksanakan tugas yang diberikan oleh Yasonna.
"Kalau saya pribadi ya, namanya kita di birokrat ya apa kata pimpinan kita ikuti. Kan begitu ya, kalau saya pribadi ya," jelasnya.
Sebelumnya, Pengamat politik Ujang Komarudin menilai Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mencopot Ronny Sompie dari jabatan Dirjen Imigrasi dikarena dianggap telah mempermalukan yang bersangkutan.
Baca: Johny Ginting Sebut Dapat Arahan dari Yasonna Sehari Sebelum Pencopotan Ronny Sompie
Diketahui, pencopotan dilakukan pasca Ronny menyatakan Harun Masiku telah kembali ke Indonesia dari luar negeri pada 7 Januari 2020.
"Ronny dicopot karena dianggap telah mempermalukan Yasonna. Karena (Ronny) mengeluarkan data yang berbeda dengan ucapan Yasonna, Yasonna dianggap telah membohongi publik," ujar Ujang, ketika dihubungi Tribunnews.com, Rabu (29/1/2020).
Ujang berpendapat pernyataan Ronny membuat Yasonna menuai kecaman lantaran menyebut Harun masih berada di luar negeri pada 16 Januari 2020. Ronny pun dianggap melawan Yasonna.
Aksi Yasonna yang mencopot Ronny, kata Ujang, sarat dengan unsur politik. Dimana Yasonna berusaha membela diri dan partai politik tempatnya bernaung.
Namun, direktur eksekutif Indonesia Political Review (IPR) tersebut mengatakan aksi Yasonna harus mengorbankan anak buahnya.
"Sepertinya Yasonna mengorbankan anak buahnya untuk menutupi data yang sebenarnya. Membela diri agar tak kehilangan muka dan membela partai agar citranya tak hancur. Tapi yang dikorbankan anak buahnya, itulah politik," tandasnya.