“Alhamdulillah saya tidak ada apa-apa, karena saya tidak ada riwayat perjalanan ke Wuhan, alhamdulillah saya steril," ujarnya.
Sahuddin mengaku sangat senang karena sudah tiba di tanah air. Namun, di sisi lain Sahuddin juga merasa sedih. Karena saat ini, masih ada 12 mahasiswa asal Aceh yang kini terisolasi di Kota Wuhan. Menurutnya, mereka tidak bisa ke mana-mana karena otoritas Wuhan menutup akses transportasi.
"Ketika meninggalkan Nanjing saya sedih karena masih ada kawan-kawan seperjuangan saya di Wuhan, itu yang sedih," katanya.
Mahasiswa program doktor ini menceritakan, wabah corona virus benar-benar 'melumpuhkan' kota tempatnya bermukim. Jumat lalu saat dia masih berada di Nanjing untuk melaksanakan salat Jumat di masjid, dia mendapati masjid yang sering didatanginya itu ditutup.
"Saat Hari Jumat itu saya mau ke masjid, tapi masjidnya ditutup tidak melayani jamaah, di situ saya mulai panik," cerita Sahuddin.
Melihat kondisi yang sudah semakin parah akibat virus Corona, Sahuddin pun mencari solusi sendiri. Keinginan terbesarnya adalah segera ke luar dari China dan pulang ke Aceh. Sahuddin langsung mencari cara untuk bisa ke luar dari kota tersebut.
Meskipun saat ini Sahuddin sudah tiba di Aceh, dia berharap Pemerintah Aceh segera memikirkan cara untuk mengevakuasi 12 mahasiswa Aceh di Wuhan.
"Memang ini otoritasnya pemerintah pusat. Mungkin, gubernur dan kepala dinas bukan tidak mampu memulangkan mereka, tapi karena tidak ada kapasitas untuk menyelesaikan hal itu, karena bidangnya KBRI dan Kemenlu. Saya berharap mereka segera dipulangkan karena bisa tertekan batin,” katanya.
Menurut Sahuddin, wabah virus corona tidak boleh dianggap remeh. Pasalnya, setiap hari korban jiwa China terus bertambah. Di Nanjing sendiri, berdasarkan informasi yang diperolehnya, sudah sekitar 30-an warga terserang virus itu.
“Ketika saya mau pesan tiket, ada dua orang yang jadi korban. Terus waktu mau berangkat sudah 18 orang. Sekarang terus bertambah, progresnya sejak dari awal itu tidak ada yang menurun, tapi malah bertambah,” katanya.
Pantauan Serambinews.com, Muhammad Sahuddin bersama penumpang lainnya mendarat di Bandara SIM pada pukul 10.45 WIB. Tiba di ruang kedatangan internasional, Muhammad Sahuddin langsung dipisahkan dari penumpang lainnya.
“Muhammad Sahuddin, Muhammad Sahuddin,” panggil petugas. Muhammad Sahuddin kemudian langsung mendekat.
Dia kemudian diperiksa kesehatannya menggunakan alat pemeriksaan pemindai suhu tubuh (thermoscanner). Petugas juga memakaikan masker kepadanya. Tak cukup denggan alat pemeriksaan thermoscanner, Muhammad Sahuddin lalu dibawa ke lantai dua. Untuk diperiksa kembali dengan alat pendeteksi lainnya.
Tampak tangan Sahuddin dimasukkan ke dalam sebuah alat oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Dinas Kesehatan, dan juga Dinas Sosial Aceh. Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan selama hampir setengah jam, Muhammad Sahuddin dinyatakan tidak terjangkit virus,. Suhu badannya pun normal, lalu dia diizinkan pulang.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr Hanif kepada awak media mengatakan, pihaknya memastikan bahwa Muhammad Sahuddin tidak terjangkit virus corona.