sejumlah tiang pancang tampak menopang rumah-rumah tersebut sehingga beberapa posisinya berada di atas air.
Model rumah-rumah tersebut membuat pemukiman ini disebut kampung yang mengapung.
Senin (3/2/2020) siang, Tribunnews.com mengunjungi Kampung Tua Penagi.
Dari jalan raya, atap Hanggar berwarna putih jelas terlihat meskipun aktivitas observasi tidak terpantau karena tertutup hutan bakau.
Masuk ke area Kampung Tua Penagi, kita disambut dengan gapura berwarna putih bertuliskan : Kota Tua Penagi
Di atas gapura terpampang tulisan Gong XI Fa Chai berlatar belakang merah serta sembilan buah lampion merah yang digantung sebagai penghias.
Sayangnya Kampung Tua Penagi kosong melompong.
Bak kota mati, hampir seluruh rumah disana tertutup rapat.
Beberapa usaha warga seperti toko kelontong serta warung makan ikut tutup.
Warga memilih berdiam diri di rumah masing-masing.
Bahkan ada yang mengungsi di rumah sanak saudara yang lokasinya jauh dari hanggar.
Ketua RT 01 RW 04, Batu Hitam, Kampung Tua Penagi, Yohanes Supriyanto membenarkan ada puluhan warganya yang mengungsi karena ketakutan rumah mereka berdekatan dengan hanggar.
"Ini memang tempat terdekat dari karantina atau observasi hanya sekitar 1KM. Dari pinggir jalan saja bisa terlihat atap hanggarnya. Setidaknya ada 81 orang warga saya yang mengungsi. Yang disini tinggal 292 warga," tutur Yohanes saat ditemui di kediamannya.
Baca: Menkes Terawan Akan Berkantor di Natuna Selama 14 Hari