Yohanes berpendapat pemberitaan yang begitu hebat terkait virus corona mulai dari orang berdiri yang tiba-tiba terjatuh, hingga orang menggunakan baju astronot makin membuat warga ketakutan.
"Warga mengungsi karena pemberitaan di televisi begitu hebatnya soal virus ini. Termasuk sebelum Natuna dipilih jadi lokasi observasi, tidak ada sosialisasi dan pemberitahuan sebelumnya," tambah Yohanes.
Perekonomian menjadi lumpuh
Ketua RT 01 RW 04, Batu Hitam, Kampung Tua Penagi, Yohanes Supriyanto mengatakan ada 81 warganya yang mengungsi.
Warga dilanda ketakutan serta kecemasan.
Permukiman mereka berjarak 1KM dari hanggar yang menjadi tempat observasi WNI dari Wuhan, China.
"Ada 81 warga saya yang mengungsi. Yang disini tinggal 292 warga. Saya terus melaporkan kondisi disini hingga berapa warga yang mengungsi," ungkap Yohanes saat ditemui di kediamannya.
Yohanes mengatakan, rata-rata warga yang mengungsi adalah mereka yang memiliki anak usia balita karena dinilai rentan terpapar penyakit.
Yohanes juga mengungkapkan matinya perekonomian warga karena aktifitas melaut, pelabuhan serta jual beli berhenti total.
Padahal biasanya Kampung Penagi ramai dengan hilir mudik para pekerja pelabuhan dan nelayan.
Warung kelontong hingga warung makan menjadi langganan pekerja yang hendak mengisi perut.
"Bisa dilihat sendiri perekonomian disini. Toko banyak yang tutup, warung-warung makan tutup. Warung saya juga tutup. Siapa yang mau beli, orang takut semua," tutur Yohanes.
Pantauan Tribunnews.com, warga tampak membiarkan perahu-perahu mereka terparkir di tepi kampung.
Sesekali perahu ini bergerak karena tiupan angin laut.
Beberapa kendaraan seperti mobil bak terbuka dibiarkan berada di pinggir jalan.
Baca: Gelombang Unjuk Rasa di Natuna Masih Terjadi, Warga Sebut Situasi Kurang Kondusif
Motor-motor warga juga disimpan seadanya di depan rumah mereka.
Dengan alasan keamanan, warga memilih meninggalkan rumah mereka.
Hoaks menjadi pemicu demonstrasi dan ketakutan warga
Masih melansir Kompas.com, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menilai, penolakan warga Natuna karena wilayahnya dijadikan lokasi karantina WNI dari Wuhan, China, disebabkan oleh hoaks.
"Wajar karena pengaruh berita hoaks dan simpang siur yang cenderung memperseram penyakit itu. Kita harus memahami kalau reaksi masyarakat seperti itu," kata Muhadjir saat ditemui di Sukajaya, Kabupaten Bogor, Senin (3/2/2020).
Meski demikian, ia mengakui pemerintah minim menyosialisasikan kepada masyarakat Natuna sebelum memilihnya sebagai lokasi karantina.
Muhadjir mengatakan, proses sosialisasi minim lantaran proses evakuasi berlangsung cepat.
Presiden Joko Widodo pun baru memutuskan mengevakuasi WNI dari Wuhan persis sehari sebelum kedatangan mereka ke Natuna.
Muhadjir pun mengaku telah turun langsung ke Natuna menemui pemuka agama dan masyarakat untuk menyampaikan kepada mereka ihwal kejadian sebenarnya.
Muhadjir juga telah meminta mereka menyampaikan kepada masyarajat Natuna yang menolak.
"Karena itu kemarin saya langsung ke Natuna sendiri untuk mendekati beberapa pemuka masyarakat termasuk ketua lembaga adat melayu dan MUI untuk meredakan situasi walaupun tidak bisa sepenuhnya," ujar Muhadjr.
"Tapi berjalan seiring waktu, akan mengerti. Kalau sudah mengerti bahwa mereka ini orang-orang sehat, bukan untuk dikarantinakan, bukan diasingkan, hanya tempat observasi, mengamati selama 14 hari akan dilihat. Karena untuk memastikan memang betul sehat begitu," lanjut Muhadjir. (Tribunnews.com/Theresia Felisiani/Kompas.com)