Kemudian, meminta pemerintah untuk mendatangkan dokter psikiater bagi masyarakat Natuna.
"Saat ini tidak fisiknya saja yang kena, namun mentalnya juga kena terkait kegiatan ini," kata Haryadi.
Selanjutnya, masyarakat Natuna meminta agar Menteri Kesehatan berkantor di Natuna selama proses karantina dan observasi ini dilakukan di Natuna selama 14 hari.
• Detik-detik 245 WNI dari Wuhan Turun Pesawat Batik Air, Diisolasi ke Natuna Gunakan 3 Pesawat TNI
• WNI di Wuhan yang Dievakuasi ke Natuna Akan Jalani Isolasi 16 Hari
Hal ini sebagai bentuk jaminan keamanan dan kesehatan masyarakat Natuna Kelima, masyarakat natuna berharap segala bentuk kebijakan pemerintah pusat yang akan dilakukan di Natuna harus terlebih dahulu disosialisasikan ke masyarakat Natuna.
"Contohnya apa yang terjadi saat ini, warga Natuna resah dan ketakutan, karena memang tidak tahu terkait rencana karantina ini," kata Haryadi.
Terakhir, masyarakat Natuna menilai, apabila pemerintah daerah tidak berhasil menjadi penyambung lidah kepada pemerintah pusat, maka masyarakat Natuna akan menyampaikan mosi tidak percaya terhadap pemerintah daerah.
"Bisa saja kami, masyarakat Natuna meminta mundur dari jabatannya seluruh pejabat natuna yang kami anggap tidak mampu memperjuangkan apa yang menjadi hak warganya," kata Haryadi.
Pemukiman di sekitar wilayah observasi memilih mengungsi
Hanggar Landasan Udara (Lanud) Raden Sadjad dipilih menjadi tempat observasi Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China selama 14 hari.
Alasan dipilihnya hanggar ini karena dinilai jauh dari permukiman warga.
Baca: Gelombang Unjuk Rasa di Natuna Masih Terjadi, Warga Sebut Situasi Kurang Kondusif
Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menyatakan jarak hanggar ke tempat penduduk kurang lebih 5 hingga 6 km.
Namun, ada pemukiman yang jaraknya sekira 1 Km dari hanggar tersebut.
Namanya Kampung Tua Penagi.