Menurut Melki, Indonesia sudah punya kemampuan dan pengalaman dalam menghadapi wabah SARS sebelumnya.
"Itu membuat kita punya pengalaman untuk urusan penanganan semacam ini.
Melki mengatakan, ada masalah komunikasi yang tidak terlalu baik dari Kemenkes kepada publik.
"Ini mesti dijelaskan kepada publik dan publik juga konfiden gitu tenang menghadapi ini semua."
"Bahwa ada novel coronavirus itu satu aspek, tapi respons publik terhadap urusan ini, itu sudah urusan komunikasi publik," terangnya.
Lebih lanjut, Melki menjelaskan soal keterlambatan informasi yang diberikan Pemerintah Pusat soal evakuasi WNI di Natuna.
Diketahui, pemilihan Natuna sebagai tempat karantina 238 Warga Negara Indonesia (WNI) menuai polemik baru.
Pasalnya, warga Natuna menolak karantina dilakukan di wilayah mereka.
Hal tersebut lantaran, mereka ketakutan soal kemungkinan terpapar virus corona.
Selain itu, mereka menilai pemilihan Natuna sebagai tempat karantina terlalu mendadak.
Pasalnya, warga Natuna mengaku tidak memperoleh informasi atau sosialisasi dari pemerintah soal karantina tersebut.
Menurut Melki, keputusan pemilihan Natuna sebagai tempat karantina dilakukan secara cepat.
Pasalnya, China hanya akan mengizinkan orang keluar dari negaranya pada waktu tertentu.
"Mengambil orang kan tergantung isolasi di Wuhan dibuka kan," kata Melki.