News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemulangan WNI Eks ISIS

Pengakuan WNI Eks Simpatisan ISIS: Tertipu dengan Janji, Perempuan Hanya Dianggap 'Pabrik Anak'

Penulis: Faisal Mohay
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nurshadrina Khaira Dhania, warga negara Indonesia yang baru saja kembali dari Suriah, berbagi kisah awal mula dirinya bergabung menjadi simpatisan ISIS sejak tahun 2015 yang lalu.

TRIBUNNEWS.COM - Nurshadrina Khaira Dhania merupakan seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi simpatisan Islamic State of Iraq Syiria (ISIS).

Perempuan 19 tahun ini merasa tertipu dengan seluruh janji dan propaganda ISIS yang didapatkan dari internet.

Ia berhasil pulang kembali ke Indonesia pada Agustus 2017 lalu.

Dilansir dari YouTube Kompas TV pada 16 Septermber 2017, Nurshadrina menceritakan perlakuan tak manusiawi yang ia dapatkan selama menjadi anggota ISIS.

Baca: Komisi III DPR Tegaskan WNI Eks ISIS Lebih Bahaya dari Virus Corona: Siapa yang Bisa Jamin Mereka?

Baca: 9 Fakta DI Diajak Suami Gabung ISIS: Dibawa Kabur saat Hamil Tua hingga Nelangsa di Suriah

Ia menjelaskan, di asrama wanita ISIS ada data yang menunjukkan status anggota perempuannya.

Para fighter ISIS bisa datang ke asrama wanita dan meminta istri dan dibebaskan untuk memilih. 

"Dulu pengalaman saya ketika masih di asrama wanita, di mana asrama saya itu ada single, ada janda dan ada yang berkeluarga."

"Di situ biasanya fighter-fighter ISIS datang ke asrama kami, mereka meminta istri kepada pimpinan asrama kami. Pimpinan kami punya list data-data siapa saja yang single atau janda."

"Mereka datang, 'saya mau yang ini', saya diam saja saya tidak ngomong apa-apa," ungkapnya.

Baca: Mardani Ali Sera Ingin 660 WNI Eks ISIS Dipulangkan dan Dijaga: Mereka Anak Kandung Ibu Pertiwi

Baca: Mantan Napiter Sofyan Trauri tak Setuju eks ISIS Dipulangkan: Nanti jadi Penyakit

Nurshadrina mengaku heran dengan perilaku para simpatisan ISIS yang menganggap jihad hanya dengan menikah.

"Dalam hati aku mikir, kok bagi mereka jihad itu hanya nikah doang," ujarnya.

Ketika ditanya mengenai kebenaran, perempuan di ISIS hanya dijadikan obyek, Nurshadrina mengiyakan.

"Ya Mbak, saya pribadi bilang sebagai pabrik anak saja," imbuhnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/2/2020). (Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda)

Polemik Pemulangan 600 WNI eks ISIS

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi wacana pemulangan ratusan WNI eks ISIS.

Hingga kini ia masih menolak, tapi  langkah lebih lanjut terkait WNI eks ISI akan dirapatkan terlebih dahulu.

 "Ya kalau bertanya kepada saya (sekarang), ini belum ratas (rapat terbatas) ya. Kalau bertanya kepada saya (sekarang), saya akan bilang tidak (bisa kembali). Tapi, masih dirataskan," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/2/2020).

Jokowi menyebut, pemerintah masih memerhitungkan berbagai dampak pemulangan WNI eks ISIS.

Baik dampak positif dan negatifnya, akan dibahas Jokowi melalui rapat terbatas.

Jokowi masih ingin mendengar pandangan masing-masing menteri terkait dalam wacana pemulangan tersebut.

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menghadiri kegiatan Reuni Akbar 212 di Monas, Jakarta Pusat, Senin (2/12/2019). (WARTA KOTA/RIZKI AMANA)

Sementara itu, Politikus PKS, Mardani Ali Sera ikut menanggapi isu pemulangan 600 Warga Negara Indonesia (WNI) mantan anggota ISIS.

Menurutnya pemerintah harus mampu menjaga para WNI eks ISIS ini karena mereka sedang bermasalah.

"Pemerintah harus jadi bapak, ayah itu anak-anaknya yang sedang bermasalah," ujarnya dilansir melalui YouTube tvOneNews, Kamis (6/2/2020).

 Ia meminta agar para WNI eks ISIS dapat dipetakan motif dan latar belakang mereka terpapar paham radikalisme. 

"Dipetakan dibuat mappingnya siapa, kenapa latar belakangnya, apa motifnya, apa ada yang terpapar paham yang mungkin itu bisa masuk surga, itu yang sangat dangkal ada yang mungkin terbujuk temannya," ungkapnya.

 Menurut Mardani mereka mesti dijaga dan dianggap sebagai anak-anak kandung ibu pertiwi.

"Buat saya 600 orang atau lebih ini mesti dijaga, mereka mesti dianggap anak-anak kandung ibu pertiwi," imbuhnya. 

(Tribunnews.com/Faisal Mohay)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini